Slide Title 1

Aenean quis facilisis massa. Cras justo odio, scelerisque nec dignissim quis, cursus a odio. Duis ut dui vel purus aliquet tristique.

Slide Title 2

Morbi quis tellus eu turpis lacinia pharetra non eget lectus. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia Curae; Donec.

Slide Title 3

In ornare lacus sit amet est aliquet ac tincidunt tellus semper. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Sabtu, 22 Desember 2012

PROKER DIVISI IPE


NERS VAGANZA NASIONAL 2012, HIMIKA FK UGM  JADI TUAN RUMAH
Text Box: Gambar 1. Skill CompetitionText Box: Gambar 1. Peserta Ners Vaganza NasionalSalah satu kegiatan tahunan Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan (ILMIKI) yang bernama Ners Vaganza merupakan ajang perlombaan antar mahasiswa keperawatan se-Indonesia yang teridiri dari Lomba Ketrampilan Perawat(Skill Competition) dan Debat Bahasa Inggris. Dan untuk Nersvaganza Nasional pada tahun ini HIMIKA FK UGM menjadi tuan rumah penyelengaranya. Ners Vaganza Nasional yang diselenggarakan oleh HIMIKA bekerjasama dengan ILMIKI mengangkat tema “Together to be Excellent Nurse”, harapannya semua orang dan insan keperawatan dapat bersama-sama meningkatkan kualitas keperawatan. 
Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari, dimulai dari hari Jumat, 8 Juni 2012 sampai Minggu, 10 Juni 2012. Kegiatan diawali dengan acara Opening Ceremony yang dihadiri oleh Direktur Kemahasiswaan UGM, Ketua PPNI wilayah Yogyakarta, Wakil Dekan Kemahasiswaan FK UGM, perwakilan ILMIKI, Perwakilan Organisasi di FK UGM dan peserta Ners Vaganza Nasional yang berasal dari Sabang hingga Merauke. Pada hari yang sama setelah Opening Ceremony, peserta langsung menghadapi babak penyisihan lomba dan babak final pada hari ke dua.
Pada Skill Competition, setiap tim diberikan satu kasus untuk dianalisa masalahnya, kemudian ditegakkan diagnosa, dan disusun Nursing Care Plan yang sesuai. Peserta juga harus melakukan tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah yang terjadi pada kasus. Disini peserta dituntut untuk berpikir kritis, dan cepat karena waktu yang diberikan untuk setiap kasus sangat singkat. Dan yang menjadi juara pertama Skill Competition Tingkat S1 adalah Universitas Diponegoro, sedangkan juara pertama Skill Competition Tingkat D3 adalah Akper Yakpermas Banyumas.
Gambar 3. Lomba Debat
 
Untuk Debat Bahasa Inggris terjadi pertandingan yang sangat seru karena tim yang lolos pada babak final memiliki selisih nilai yang tipis dengan tim-tim yang tidak lolos, antusias pesertapun sangat bagus terlihat ketika round ketiga debat atau round terakhir, peserta masih sangat besemangat meskipun waktu telah menunjukkan pukul 19.00. Dari 11 tim yang bertanding dalam lomba debat bahasa Inggris didapatkan Juara pertama Universitas Indonesia.
Gambar 4. Pembicara dan Moderator Seminar
 
 Rangkaian kegiatan Ners Vaganza Nasional ditutup pada hari Minggu, 10 Juni 2012 bersamaan dengan acara seminar nasional keperawatan yang mengangkat tema “ Penerapan 3N (NANDA, NOC, NIC) pada anak difabel untuk meningkatkan Quality of Life. Pembicara yang dihadirkan dalam seminar merupakan praktisi kesehatan yang telah berpengalaman dalam bidang 3N dan anak difabel. Pada kesempatan ini, hadir pula Sekertaris Jendral ILMIKI dan Ditjend Pendidikan dan Penelitian ILMIKI. Selesainya seminar nasional keperawatan menandai ditutupnya rangkaian kegiatan Ners Vaganza 2012. (crew.IPE)



Lomba Cerdas Tangkas dan Debat di Ners Vaganza PSIK FK UGM.
NersvaganzalokalKemenangan tim UGM pada Lomba Cerdas Tangkas Ners Vaganza Nasional di Universitas Indonesia tahun 2011 memotivasi banyak mahasiswa PSIK FK UGM untuk mengikuti Ners Vaganza pada tahun 2012 dan mempertahankan predikat juara. Persiapan yang matangpun dilakukan oleh PSIK FK UGM dengan menggelar  Lomba Cerdas Tangkas(LCT) dan Debat Bahasa Inggris setingkat prodi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan delegasi UGM yang berkualitas dalam Ners Vaganza Nasional 2012 yang kebetulan PSIK FK UGM menjadi tuan rumahnya. Tahapan seleksi 1 untuk LCT dilaksanakan pada Selasa, 13 Maret 2012 di ruang kuliah 01 Lanti 3 Gedung Ismangoen. Sebanyak 27 mahasiswa atau 9 tim mengikuti seleksi tahap 1 ini dengan mengerjakan soal yang telah dibuat tim juri dalam waktu yang singkat. Seleksi tahap 1, meloloskan 3 tim terbaik ke babak final Ners Vaganza PSIK yaitu tim 2011, dan 2 tim 2009. Final dilaksakan pada tanggal Sabtu, 24 Maret 2012 di auditorium Ismangoen setelah lomba debat Bahasa Inggris. Setelah menjalani 3 sesi perlombaan yaitu Soal wajib, soal lemparan, dan pembuatan ASKEP, terpilihlah tim Nuzul, Lina, dan Era sebagai juara 1 Lomba Cerdas Tangkas Ners Vaganza PSIK.
Lomba debat Bahasa Inggris yang hanya dihadiri 2 membuat tiap anggota tim mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk memenangkan lomba karena mengganggap tinggal selangkah lagi menjadi juara. Antar tim saling beragumen bahwa pendapatnya adalah yang benar dengan berbagai bukti, rasionalisasi, dan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Setiap perlombaan tentu ada yang menang dan kalah, dengan selisih poin yang tipis akhirnya tim dari Diaz, Nila, dan Martina angkatan 2009 berhasil menjadi pemenang sedangkan tim Dona, Amanda, dan Uni harus puas di posisi kedua. (crew.IPE)


Mahasiswa Keperawatan UGM Persipakan Diri Hadapi OSCE.
Gambar. Tentor Hella (kanan), menjelaskan
 teknik tanpa singgung
 
CIMG0448Pendidikan keperawatan di Indonesia awal abad ke-21 semakin berkembang cepat seiring dengan kemajuan yang pesat di bidang ilmu keperawatan serta munculnya era globalisasi. Tuntutan globalisasi ini mendorong peningkatan kualitas tenaga keperawatan yang trampil, kritis, inovatif, dan profesional. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, sistem pendidikan bagi perawat juga semakin ditingkatkan diataranya ada Objective Structured Clinical Examination (OSCE). OSCE merupakan ujian praktek ketrampilan keperawatan untuk mengetahui aspek psikomotor, afektif dan professional behavior mahasiswa keperawatan. Di Program Studi Ilmu Keperawatan UGM, OSCE dilakasanakan setiap akhir semester. Sistem OSCE yang hanya memberikan waktu 7 menit untuk mahasiswa melakukan ketrampilan keperawatan membuat mahasiswa harus pandai memnfaatkan waktu dan mengetahui prinsip penting setiap ketrampilan supaya tidak mengulang ujian.
Divisi Ilmu Pengetahuan dan Edukasi(IPE) HIMIKA FK UGM sebagai divisi yang peduli dengan akademik mahasiswa keperawatan menyelenggarakan OSCE Like Test untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi OSCE. Pada semester Genap tahun ajaran 2011-2012,  IPE menyelenggrakan OSCE Like Test untuk 3 anggkatan sekaligus dalam satu hari. Pelaksaan tesebut berlangsung pada  hari Jum’at, 22 Juni 2012. Setiap angkatan mendapatkan 3 materi ketrampilan yang akan diujikan pada saat OSCE. OSCE Like Test selalu dipandu oleh tentor yang berkualitas dari kakak kelas yang telah berpengalaman. Sehingga mahasiswa lebih siap untuk menghadapi OSCE diakhir semester. (crew.IPE)


Forum N2H, Mepererat Silaturahmi Antar Prodi dan Angkatan
Forum N2H merupakan program kerja baru dari HIMIKA MORPHOSA 2012, forum ini bertujuan untuk membagi pengalaman dalam pengumpulan materi kuliah dari angkatan 2009 hingga 2012 dan dari prodi kedokteran serta gizi kesehatan.
100_3953.JPG
Dokumentasi Kegiatan Forum N2H
 
100_3980.JPG100_3984.JPG
Nama organisasi yang bertugas mengumpulkan materi pada PSIK bernama NSC(Nursing Stidy Health), di prodi kedokteran bernama HSC (Health Study Club), di prodi Gizi Kesehatan bernama pengurus HO (Hand Out). Forum berlangsung selama 2 hari tanggal 17 dan 19 September 2012. Hari pertama adalah pertemuan antarNSC 2009-2012, kemudian untuk hari kedua forum pertemuan antar prodi. Peserta yang hadir merupakan perwakilan tiap pengurus pengumpul materi. Selama forum N2H, peserta sangat antuasias membagi pengalaman dan bertukar informasi tentang cara mengefektifkan pengumpulan materi dan membuat lay out yang mempermudah belajar. Dengan adanya forum ini, angkatan 2012 yang baru memasuki bangku perkuliahan di Fakultas Kedokteran merasa terbantu untuk memulai pembuatan pengurus pengumpulan materi di angkatan mereka. (crew.IPE)

PROKER DIVISI MEDFOKOM


Magazine of  Nursing Community (MAGNUM) edisi 2012


Saat ini dunia komunikasi dan informasi sangat berperan dalam kehidupan manusia. Hal ini menjadi kewajiban bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan dimana fokus pembelajarannya adalah ilmu kesehatan yang perkembangannya sangat pesat, oleh karea itu sangat penting untuk  para calon-calon perawat ini selalu memperbarui wawasaannya. HIMIKA khususnya divisi MEDFOKOM memfasilitasi kebutuhan  mahasiswa PSIK FK UGM untuk memperbarui informasinya dunia keperawatan dengan menerbitkan majalah MAGNUM edisi 2012.  Bertemakan “Membangun Karakter di Negeri Sendiri” majalah MAGNUM mengangkat informasi yang meliputi kurikulum beberapa institusi serta PSIK FK UGM, kegiatan HIMIKA, HUT Internasional Nursing Day dan gudang prestasi mahasiswa PSIK FK UGM. Untuk mengangkat informasi- informasi tersebut tim redaksi membutuhkan usaha yang cukup melelahkan. 
Dalam menentukan tema majalah kami mengalami kesulitan karena beberapa kali ide kami dianggap kurang menarik. Setelah berdiskusi untuk kedua kalinya akhirnya kami sepakat untuk mengangkat tematentang  kurikulum institusi keperawatan dan akhirnya kami memberi nama tema “Membangun Karakter di Negeri Sendiri”. Kesulitan yang dihadapi pertama kali adalah dari  tim reporter dan tim kajian dari divisi KASOSTRAD. Kendala yang dihadapi tim reporter adalah sulitnya menemui narasumber yang sibuk dan bertepatan dengan hari libur sehingga sulit untuk menempatkan waktu. Namun pada akhirnya tim reporter bisa mengatasi kendala tersebut dan mendapatkan informasi yang diharapkan. Bagi tim pengkaji yaitu KASOSTRAD yang mengkaji  tentang kurikulum institusi-institusi keperawatan di Jogja menemui kendala kurang bersedianya pihak institusi untuk diwawancarai tentang kebijakan kurikulum yang dipakai pada institusinya. Tim pengkaji harus beberapa kali menghubungi pihak institusi serta harus bolak-balik ke institusi  untuk mengkonfirmasi kesediaan narasumber. Target tim redaksi MAGNUM adalah mengangkat kebijkan  kurikulum dari empat institusi yang  pada akhirnya hanya mendapatkan dua informasi dari empat institusi tersebut. Perjalanan pembuatan majalah tak berhenti  sampai disini. Tim editor juga mendapatkan dampak dari sulitnya mendapatkan inforamsi narasumber sehingga tim editor harus mengedit artikel lumayan “ngebut”akibatnya ada sedikit kata yang kurang diteliti namun hal ini bisa diatasi. Tim layouter sudah membuat layout jauh-jauh hari, hal ini memudahkan kami untuk mempercepat mencetak majalah namun tak disangka setelah masuk ke percetakan pihak percetakan mengatakan bahwa layout kami bagus namun kurang tepat posisinya dalam  penempatan artikelnya. Pihak percertakan membantu kami untuk mengtasi hal tersebut sehingga kami harus bolak-balik kesana. Selain masalah layout kami juga dihadapkan oleh timbulnya ide dari percetakan yaitu menolak mencetak  majalah kami. Tim kami sempat drop sekali karena bagaimana mungkin dengan sedikit waktu yang tersisa kami bisa mencari percetakan lain dan kami sudah memasukkan majalah sudah lama tapi dengan mudahnya pihak percetakan tiba-tiba meng’cancel’. Kami juga memikirkan nego  harga yang mungkin muncul apabila kami memasukkan majalah ke percetakan lain. Kami terus mengusahakan agar pihak percetakan tidak menolaknya, setelah dilansir ternyata pihak percetakan salah paham (miss communication) dengan salah satu tim redaksi kami. Hal tersebut bisa kami atasi sehingga pihak percetakan berkenan kembali mencetak majalah. Setelah majalah MAGNUM jadi kami benar-benar lega sekali karena sesuai dengan harapan kami. Mungkin memang terdapat beberapa kekurangan dari penyusunan dan isi majalah MAGNUM dikarenakan kurangnya ketelitian tim redaksi. Harapan kedepan adalah majalah MAGNUM ini bisa lebih berbobot dan lebih baik lagi. Semoga majalah MAGNUM bisa memberi manfaat dan selamat membaca. 


Rabu, 17 Oktober 2012

Proker Medfokom



Fieldtrip Jurnalistik di Kedaulatan Rakyat

 Saat ini dunia komunikasi dan informasi sangat mempengaruhi dunia.  Banyak sekali media yang setiap saat memberitakan informasi-informasi hangat, terutama media cetak yaitu koran. Koran menjadi salah satu sumber informasi yang banyak digemari masyarakat karena mudah didapat, harga yang terjangkau, serta bisa dibaca kapan saja. Dibalik informasi-informasi yang diberitakan di koran tersebut tentunya terjadi proses yang panjang agar berita yang disajikan dengan baik kepada para pembaca. Sebagai divisi yang bergulat di dunia jurnalistik maka divisi Medfokom perlu mengdakan acara ini, selain untuk kepentingan divisi acara ini juga membuka wawasan peserta lain untuk bisa mengenali dunia jurnalistik dan proses produksinya. Medfokom Himika mendapat kesempatan untuk studi lapangan di salah satu Koran ternama di Yogyakarta yaitu di kantor Koran Kedaulatan Rakyat jalan Mangkubumi. Acara belangsung pada 16 Juni 2012 bertempat di kantor utama KR bukan tempat produksinya karena memang saat itu pihak KR mendadak meberitahukan bahwa tempat produksi tidak bisa dipakai untuk kunjungan. Namun pihak KR tetap menyambut kami untuk bisa berkunjung. Dalam kunjungan tersebut banyak sekali yang dijelaskan oleh pihak KR bagian Humas. Banyak hal yang bisa didapatkan dari fieldtrip ini yaitu bagaimana pencarian berita, menentukan narasumber, pengolahan berita, desain koran sampai dengan proses percetakan koran. Peserta sangat antusias akan penjelasan oleh pihak KR dengan dibuktikan banyaknya peserta yang  bertanya. Fieldtrip ini juga mendapat kesempatan untuk melihat proses pengolahan berita. Seluruh peserta juga dimbil fotonya oleh pihak KR. Fieldtrip jurnalistik ini sangat membawa manfaat bagi peserta yang ikut serta anggota Medfokom. Dengan mengikuti acara tersebut wawasan seluruh peserta bertambah. Harapan untuk kedepan nanti adalah fieldtrip bisa terus dilaksanakan dan tempat tujuan fieldtrip lebih variatif lagi. Sukses untuk acara berikutnya.


Jumat, 28 September 2012

Peran Mahasiswa Keperawatan dalam Tanggap Becana


Sesuai dengan definisi mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, h. 696), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi. Sebagian mahasiswa masuk ke dalam kategori remaja akhir (18-21 tahun), namun sebagian pula terkategori sebagai dewasa awal pada periode pertama (22-28 tahun) (Monks, 2001, h. 262). Sebagai seorang remaja, mahasiswa pun dituntut untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum tercekcoki oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dsb. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut.
Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu perlu dirumuskan perihal peran, fungsi, dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan dan kontribusi mahasiswa tersebut.
Salah satu fungsi mahasiswa adalah sebagai Agent of Change. Hal tersebut berlaku pula untuk mahasiwa keperawatan. Mahasiswa keperawatan di tuntut menjadi Agent of change. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara dengan tingkat bencana yang tinggi dibandingkan dengan Negara Jepang, hal ini dapat dilihat dari ancaman letusan gunung berapi, gelombang tsunami dan banjir bandang yang rentan terjadi. Salah satu cara untuk menjadi Agent of Change adalah dengan turut berpartisipasi dalam tanggap bencana Di beberapa institusi keperawatan, telah digalakkan mahasiswa keperawatan tanggap bencana. Dimanakah letak peran mahasiswa keperawatan dalam tanggap bencana? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan mahasiswa keperawatan dalam tanggap bencana. Yang pertama, melakukan sosialisasi dalam menggalakkan tanggap bencana. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menghidupkan kembali puskesmas. Karena puskesmas memiliki fungsi yang besar dalam pnanggulangan dan tanggap bencana. Di harapkan nanti nya melalui sosialisasi, puskesmas dapat berfungsi sebagai mana mestinya dan dapat bergerak scara mandiri bila terjadi bencana. Di samping itu, mahasiswa keperawatan juga dapat mengedukasi masyarakat di tempat yang rawan bencana. Sehingga nanti nya mereka dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan saat terjadi bencana. Selain itu, masyarakat juga dapat membantu dalam perawatan korban nantinya saat terjadi bencana sehingga dapat mengurangi korban jiwa. Selain berfungsi sebagai edukator, mahasiswa keperawatan juga dapat bergerak langsung sewaktu terjadi nya bencana.  Sebelum berhadapan langsung dengan masalah, seorang mahasiswa keperawatan hendak nya mengetahui apa peran nya dalam penanggulangan bencana.
Yang pertama   Peran dalam Pencegahan Primer. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan mahasiswa keperawatan dalam masa pra bencana ini, antara lain:
1.mengenali instruksi ancaman bahaya;
2.mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)
3.melatih penanganan pertama korban bencana.
4.berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
  1. usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
  2. pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar
  3. memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans.
  4. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)
  5. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana
Yang kedua Peran Mahasiswa Keperawatan dalam Keadaan Darurat (Impact Phase). Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.
Mahasiswa keperawatan harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase ). Apakah sistem triase itu?
Triase merupakan kegiatan pemilahan korban-korban menurut kondisinya dalam kelompok untuk mengutamakan perawatan bagi yang paling membutuhkan.Defenisi lain Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan klinis segera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan).
Tindakan ini berdasarkan Prioritas ABCDE yang merupakan proses yang sinambung sepanjang pengelolaan gawat darurat medik.
Tag Triase
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap korban. Triase dan pengelompokan berdasarkan Tagging
  • Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi.
  • Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup (misal : gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).
  • Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan yang luas (misal : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher tidak berat, serta luka bakar ringan).
  • Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien dengan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang berkala (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat darurat psikologis).
  • Prioritas Keempat (Biru): Kelompok korban dengan cedera atau penyakit kritis dan berpotensi fatal yang berarti tidak memerlukan tindakan dan transportasi
Metode Triase
  • Sistem METTAG (Triage tagging system)
  • Sistem Triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
  • Sistem Kombinasi METTAG dan START
  • Triase Sistim METTAG
Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritasikan tindakan atas korban. Resusitasi ditempat.
Triase Sistem Penuntun Lapangan START
Berupa penilaian pasien 60 detik dengan mengamati ventilasi, perfusi, dan status mental (RPM : R= status Respirasi ; P = status Perfusi ; M = status Mental) untuk memastikan kelompok korban (lazimnya juga dengan tagging) yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan atau mati. Ini memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport segera. Resusitasi diambulans.
Triase Sistem Kombinasi METTAG dan START
Sistem METTAG atau sistem tagging dengan kode warna yang sejenis bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START.Resusitasi di ambulans atau di Area Tindakan Utama sesuai keadaan.
           
Yang ketiga Peran mahasiswa Keperawatan di dalam posko pengungsian dan posko bencana
1.Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari
2.Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
3.Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RS
4.Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
5.Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa
7.Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
8.Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
9.Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater
10.Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi

Yang ke empat Peran Mahasiswa  Keperawatan dalam fase postimpact. Pada fase ini, mahasiswa keperawatan di harapkan dapat mengobati rasa trauma dari masyarakat yang tertimpa bencana dengan memberikan semangat dan bantuan bantuan materal maupun sosial. Mahasiswa Keperawatan juga dapat membantu masyarakat melalui membantu merawat luka-luka yang dialami masyarakat.
Dengan demikian, jelas lah sudah bagaimana peran mahasiswa keperawatan dalam tangap bencana di Indonesia. Walaupun pada kenyataan nya, peran mahasiswa keperawatan pada saat tanggap bencana belum terihat nyata seperti peran dokter dalam tangap bencana. Namun, karena Indonesia merupakan wilayah yang rawan terkena bencana, sudah sepantas nya setiap insitusi keperawatan di Indonesia memiliki tim tanggap bencana. Agar nanti nya, kinerja mahasiswa keperawatan di Indonesia dapat terlihat lebih nyata. (Herlina Novita Silaban)

PENERAPAN KOLABORASI PENDIDIKAN DAN PRAKTIK ANTAR PROFESI KESEHATAN oleh Herlina Novita Silaban


Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sam yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian yang dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sam yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didenifisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Definisi Kolaborasi menurut ANA (1980)  adalah  sebagai hubungan rekanan sejati, dimana  masing – masing pihak  menghargai kekuasaan pihak lain,  dengan mengenal  dan menerima lingkup kegiatan  dan tanggungjawab masing – masing  yang terpisah maupun bersama, saling melindungi  kepentingan masing masing dan adanya tujuan  bersama yang diketahui kedua belah pihak.
Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi  pasien dalam mecapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup.
Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan  dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan dokter.  Tentunya ada konsekweksi di balik issue kesetaraan yang dimaksud. Kesetaraan kemungkinan dapat  terwujud jika individu yang terlibat  merasa dihargai serta  terlibat secara fisik dan intelektual saat memberikan bantuan kepada pasien.
Pada saat ini setiap profesi kesehatan di tuntut untuk dapat berkolaborasi. Bukan seperti dahulu dokter mengganggap dirinya tidak perlu berkolaborasi,perawat dan farmasi juga berfikiran sama. Pada saat ini, prinsip kolaborasi telah berlaku hampir di seluruh institusi keperawatan di  Indonesia. Perawat tidak lagi hanya belajar tentang asuhan kepeawatan, tetapi perawat juga belajar tentang obat-obatan,anatomi, dan beberapa hal yang merupakan bukti bahwa kolaborasi juga telah terjadi di bidang pendidikan. Pada saat sekarang dihadapkan pada paradigma baru dalam pemberian pelayanan kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk berkolaborasi dengan dokter.
Pada kenyataannya profesi keperawatan masih kurang berkembang dibandingkan dengan profesi yang berdampingan erat dan sejalan yaitu profesi kedokteran. Kerjasama dan kolaborasi dengan dokter perlu pengetahuan, kemauan, dan keterampilan, maupun sikap yang professional mulai dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien, Maupun dengan mitra kerjanya, sampai pada keterampilan dalam mengambil keputusan.
Selama ini proses perawatan pasien baik di Rumah Sakit maupun di layanan praktek kedokteran yang lain cenderung intruksional antara dokter dengan perawat, farmasis dan ahli gizi. Kecenderungan ini lebih banyak dipengaruhi oleh masih belum adanya kolaborasi interdisipliner sejak masih di lingkungan akademis. Dalam rangka meningkatkan kepuasan pasien (patient satisfation) baik di rumah sakit maupun di tempat praktek perlu dibudayakan sebuah team work antar disiplin ilmu dengan mendedepankan tujuan bersama yaitu menurunnya morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian). Setiap anggota tim memiliki kewenangan intervensi yang berbeda-beda sesuai skill dan kompetensi dalam mengelola sakit pada pasiennya. 
Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang bermutu. Suatau pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi antaran petugas kesehatan (termasuk dokter) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara medis saja, melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan.
Praktek kolaborasi perawat dengan dokter memerlukan  pengetahuan, sikap yang profesional mulai dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien maupun dokter  sampai  kepada ketrampilan perawat  dalam membuat keputusan  Pertanyaannya apakah kolaborasi dokter dan perawat telah terjadi  dengan  semestinya?  Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih medukung dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Saat ini masih banyak Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien hanya berdasarkan intruksi medis yang juga didokumentasikan secara baik,  sementara dokumentasi asuhan keperawatan yang meliputi proses keperawatan tidak ada. Selain itu, pandangan dokter  yang selalu menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional, perawat  sebagai asistennya, serta kebijakan rumah sakit yang kurang mendukung menyebab kan prinsip kolaborasi tidak dapat berjalan dengan baik.
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim.
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan. Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan kordinasi.
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu ditunjang oleh sarana komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan pasien yang memungkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif.
Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim kesehatan harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Banyaknya faktor yang berpengaruh seperti kerjasama, sikap saling menerima, berbagi tanggung jawab, komunikasi efektif sangat menentukan bagaimana suatu tim berfungsi. Kolaborasi yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan pasien yang berkualitas.
Perkembangan profesi Gizi dan Keperawatan perlu upaya penataan sistem pendidikan, sehingga menghasilkan profesional Gizi dan Perawat yang bisa meningkatkan hubungan kemitraan antara kedua profesi ini dalam pengabdian kepada Masyarakat di bidang kesehatan. Pew Health profession commission (1991 ) menyarankan calon tenaga kesehatan seharusnya mempelajari kolaborasi sejak masa pendidikan, karena pada masa itulah peran sosialisasi, hubungan yang positif dan sikap saling menghargai peran masing-masing sesungguhnya dapat berkembang.
Dibeberapa institusi keperawatan telah di pelajari tentang prinsip kolaborasi. Hal ini diharapkan dapat membangun profesionalisme calon perawat sehingga nanti nya dapat berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain nya daam menangani pasien. Perawat juga diharap kan mempelajari hal hal yang berkaitan dengan profesi kesehatan lain nya sehingga nanti nya dapat berkolaborasi dengan baik dengan profesi kesehatan yang lain.

Selamat Datang

Welcome to our blog..

Tentang Kita

Foto saya
Bersama HIMIKA mewujudkan civitas keperawatan untuk terus kreatif, inovatif, kritis, berkompeten, dan aspiratif serta bermoral dalam hal keorganisasian, keilmuan, pelayanan masyarakat, dan penelitian untuk menghadapi persaingan dunia global dalam dunia keperawatan

Followers

Search This Blog