Rabu, 11 Mei 2011

FLORENCE NIGHTINGALE: Malaikat Pembawa Lentera


Sekilas dari judul diatas mesti udah pada tahu kan siapa itu?
Yaps! Florence Nightingale... ibu keperawatan kita...Ini bukan mau bahas tentang pelajaran blok 1.1 kok... ^^ (bener nggak ya?)

Cuma mau nge-share siapa sih Florence itu... yah mungkin aja kita tahunya kalo dia itu punya teori keperawatan, hari kelahirannya di rayaain sebagai Internasional Nurses Day.
That’s it, no else... padahal banyak lho hal menarik lainnya tentang Florence..

Di mulai dari kelahirannya,
Florence yang notabene anak kedua, kakaknya bernama Parthe, lahir tanggal 12 Mei 1820 saat keluarganya lagi long trip ke Italia.
Makanya dikasih nama Florence, sesuai tempat kelahirannya...

Setahun kemudian keluarganya kembali ke Inggris (Liburan aja setahun.. ckckckckckk..) lalu membangun villa Lea Hurst yang digunakan tiap musim panas untuk liburan, keluarganya juga beli rumah di Embley.
jadi gantian gitu, kalo musim semi atau gugur mereka gantian berlibur ke London. Nomaden gitu sesuai pergantian musim..*busseett! Borju abis...

Sejak kecil Florence gemar belajar (kayak yang nulis :D), dia menguasai bahasa Yunani, Latin, Jerman, Itali, Perancis dll *gelenggeleng kepala teler..
Dalam proses pendidikannya mereka –Florence dan Parthe- di didik sendiri oleh ayahnya, William.
Florence sangat mencintau ilmu pasti, sejarah, melukis, pokoknya pengetahuannya luaaaaaaaaassss banget..... *ngiler iri...
Florence  juga sangat menyukai binatang -kucing, anjing, kuda, kelinci, burung, ayam dll- tahu bagaimana cara memelihara dan merawat mereka..

Sejak remaja, Florence punya kebiasaan ngisi buku diary secara rutin..
Di tanggal 2 Juli 1837 saat dia berusia 19 tahun, dia membuat catatan, ‘Tuhan berbicara pada saya.
Dia menghendaki saya berbuat sesuatu untukNya..’ jadi semacam hidayah, atau wangsit gitu...
Tapi baru saat berumur 24 tahun dia berani mengutarakan natnya untuk menjadi perawat keada orangtuanya.
Pada zaman itu jarang sekali wanita muda bekerja, selain dari keluarga miskin.
Apalagi pekerjaan yang akan dilakukannya adalah pekerjaan ‘merawat’ yang dianggap hina yang bahkan dari kalangan bawah pun tidak sudi melakukannya.... *sakit hati banget nggak sih?!..

Tapi karena kegigihannya dan memang dasarnya udah niat dari hati dan dapet hidayah itu, dia pergi ke Jerman untuk memulai mempelajari ilmu kedokteran dan praktek di Swerth.
Tahun 1852 dia memperoleh jabatan sebagai pengawas di ‘Klinik Wanita Pendidik’ London.
Setelah melewati perjuangan dan pergulatan selama 15 tahun, akhirnya cita-citanya terwujud. Saat itu usianya 33 tahun... *alhamdulillah banget ya kita kuliah ‘Cuma’ 5 tahun...

Oh ya... pasti pada penasaraan kan Florence itu suaminya siapa..
Dari remaja karena pengetahuannya yang luas dan memang dari sononya parasnya cantik, banyak pria yang mendekati Florence, termasuk Robert Milnes.
Robert Milnes adalah seorang putra bangsawan tekenal  yang lapang dada dan ramah yang seringkali tidak puas terhadap lingkungan dan fasilitas kaum pemuda yang mendapat hukuman akibat melanggar hukum namun tidak berdaya.
Karena adanya anjuran dari orang tua Florence yang masih memiliki mindset bahwa seorang remaja putri diharuskan segera menikah ketika ada calon yang cocok, maka Robert meminta Florence untuk menikah dengannya.
And the answered.................... jengjengjeng.......................NO!
Sekalipun si Robert sangat mencintainya dan dengan sabar menunggu anggukan dari Florence, Florence tetap kukuh menolak, dia sudah bertekad dengan sepenuh hatinya bahwa hidupnya hanya dipersembahkan pada sesamanya. *tragis banget nggak sih. Patah hati bangetbanget pastinya...

Maret 1854, meletuslah Perang Krim, Florence mendapat berita bahwa keadaan rumah sakit darurat di medan perang sangatlah tragis, sedikit banget yang ngurusin.
Maka dia dan 38 orang perawat dengan penuh kegigihan dan keberanian menyebrangi selat dan tiba di rumah sakit darurat tersebut..
Selama 21 bulan dia tidak pernah absen meronda tentara yang terluka, sambil bawa lentera (senthir bahasa gaulnya.. hahahaaa.. :DD) makanya dia dijuluki ‘Malaikat Pembawa Lentera’.
Seorang dokter dari rumah sakit darurat medan perang pernah menulis surat mengenai Florence kepada keluarga Florence, gini nih kata katanya,
‘Dia tidak pernah melewatkan dan membiarkan seorang pun tentara perang yang luka parah...’*unyuuuuuuuu...... dari kalimatnya aja kita bisa menilai betapa Florence sangat menghargai jiwa seseorang.. *baik banget...

Dalam pemikiran Florence, tiada tentara terluka yang tidak bisa diobati, asal masih ada setitik harapan hidup, tentu tidak ada alasan untuk membiarkan. *so deep...  mata berkacakaca...

Juli 1856, perang berakhir.
Sesaat Florence masih tinggal di rumah sakit, membereskan sisa pekerjaan yang belum selesai, lau kembali ke Inggris secara diam-diam.
Setelah melihat sendiri bagaimana situasi perang dan kekacauannya, maka Florence tetap bertekad untuk menyumbangkan seluruh hidupnya pada orang sakit, selain itu juga giat membenahi fasilitas rumah sakit.
Untuk berterimakasih atas jasa Florence, rakyat Inggris menyumbangkan sejumlah uang dengan mendirikan ‘Yayasan Nightingale’.
Setelah dia kembali ke Inggris, dia menggunakan uang tersebut untuk mendirikan sekolah perawat, melanjutkan karya sosial demi kesejahteraan bersama.

And the end...
Tahun 1896, dia tidak pernah keluar dari rumahnya,
dan tanggal 13 Agustus 1910, dia meninggal di usia 90 tahun dan dimakamkan di tanah makam kelaurga East Wellow..

 Dan untuk mengenang seluruh jiwa cinta kasih Florence yang rela menyumbangkan diri demi orang-orang sakit, maka dalam rapat Palang Merah Dunia periode 8 dan 9, memutuskan untk membuat medali Nightingale yang dihadiahkan khusus kepada perawat yang berjada khusus.
Syarat bagi penerima medali tersbut sanganlah ketat, yaitu mula-mula nama-nama yang diajukan dari Palang Merah berbagai negara, setelah memnuhi kriteria, baru dilanjutkan ke Palang Merah Dunia.
Proses terakhir, panitia Palang Merah Dunia akan menyelidiki asal usuk mengenai daftar nama yang diajukan tersebut.
Setelah penentuan, baru diumumkan pada hari ulang tahun Florence, yaitu yang kita sebut hari perawat, setiap tanggal 12 mei.
Medali tersebut diberikan pada wakil masing-masing negara atau pemimpin Palang Merah tersebut.
Dipermukaan medali terdapa lukisan Florence yang sedang membawa lentera dan tulisan ‘1802-1910. Kenangan bagi Folrence Nightingale’.
Sedang dibelakangnya diukir nama perawat yang menerima hadiah, dan disekelilingnya ditulis dengan bahasa latin, ‘sebarlah jiwa cinta kasih ke seluruh dunia.'

Selamat Datang

Welcome to our blog..

Tentang Kita

Foto saya
Bersama HIMIKA mewujudkan civitas keperawatan untuk terus kreatif, inovatif, kritis, berkompeten, dan aspiratif serta bermoral dalam hal keorganisasian, keilmuan, pelayanan masyarakat, dan penelitian untuk menghadapi persaingan dunia global dalam dunia keperawatan

Followers

Search This Blog