Minggu, 30 Oktober 2011

Musthofa Kamal: dapet kesempatan wawancara Bu Menkes tahun 2008


Komunikasi adalah hal yang tak mungkin lepas dalam hidup kita.
Komunikasi,terlihat sepele tetapi ternyata tidak segampang yang dibayangkan.
Disini coba kita lihat tips-tips dan pengalaman teman-teman yang insyaAlloh bisa menginspirasi dalam seni berkomunikasi.

Untuk edisi kali ini, sosok inspiratif bidang komunikasi yang akan kita angkat adalah mas Mushtafa Kamal. Mahasiswa Pendidikan Dokter angkatan 2007 ini akan membagi kisah perjalanan karirnya mulai dari beliau yang biasa-biasa saja menjadi mahasiswa berprestasi yang menyabet berbagai penghargaan salah satunya adalah peraih medali perak Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional bidang dedikasi promosi kesehatan di Denpasar Bali tahun 2010 yang lalu.
Seperti apa cerita mahasiswa pintar kelahiran Magelang 10 Juli 1989 ini?
Ayo kita simak wawancaranya.


Apakah sejak dulu Anda memang tipe orang yang suka berbicara didepan umum?
Waduh,tidak lah. Dulu itu aku orangnya termasuk pendiam, lebih suka sendiri sambil baca buku. Kasarannya kutu buku lah.

Menurut mas Mushtafa, komunikasi itu apa sih? Dan penting gak berlatih berkomunikasi itu?
Menurutku, komunikasi itu adalah seni dalam menyampaikan ide, seni memahamkan orang yang diajak komunikasi, dan seni mempengaruhi orang yang kita ajak komunikasi. Intinya komunikasi itu adalah skill yang berseni. Bingung ya? hehe.. Penting banget lah. Kebutuhan primer itu.

Kapan mulai belajar berkomunikasi atau lebih sempit berbicara didepan umum?
Awalnya mungkin karena dipaksa ya, disuruh ikut lomba pidato bahasa Inggris waktu SMP. Dan waktu itu juga di”paksa” untuk jadi regu inti di sekolah yang mau tidak mau bakal ngajarin adek-adek angkatan kan. Setelah itu ,ketagihan deh, mulai ikut banyak organisasi, kadang ngisi kajian. Belajar advokasi dan negosiasi waktu SMA, lanjut deh sampai sekarang.
Oya, komunikasi itu macem-macem lho ya. Komunikasi lewat media tulisan, lewat SMS, lewat telepon atau bertemu langsung, masing-masing punya kekhasan dan seninya masing-masing.

Apa sih manfaatnya belajar berkomunikasi?
Waduh, tak terbayangkan dek. Mushtofa yang bukan apa-apa, tidak punya background yang spesial bisa mendapatkan banyak hal sekarang. Manfaat buat diri saya sendiri dan buat instansi/organisasi dimana saya berada. Manfaat bisa berupa koneksi dengan banyak pihak, manfaat finansial baik untuk organisasi maupun pribadi dan masih banyak lagi.

Pengalaman yang paling menarik?
Pengalaman paling menarik. Semua menarik, mungkin yang terakhir aja ya,waktu jadi koordinator danus Merapi bersama TBMM. Alhamdulillah bisa dapat banyak bantuan dana dari banyak sekali pihak. Kuncinya satu, komunikasi efektif dengan memanfaatkan jaringan yang dimiliki. Itu sampai aku pun tidak menyangka bisa seperti itu. Bingung menceritakannya.
Kalau yang lain, ya biasa ya, misalnya dapet kesempatan wawancara Bu Menkes tahun 2008 (waktu itu mendadak banget, jadi sore di SMS disuruh berangkat subuh besoknya), wawancara dan berdiskusi dengan banyak tokoh-tokoh dalam dunia kesehatan lainnya. Yang lain lagi, biasa kali ya, jadi pembicara di beberapa acara kampus dan luar kampus.

Apa yang memotivasi dan menginspirasi?
Yang memotivasi, hemm, lebih tepatnya terpaksa kemudian sadar akan pentingnya. Awalnya dipaksa, jadi akhirnya ketagihan. Karena gini dek, menurutku, kita bisa mendapatkan apapun yang kita inginkan jika kita punya kemampuan dan jaringan. Nah jaringan ini bisa kita bentuk ketika kita bisa speak up,dalam artian punya kemampuan komunikasi yang baik dan show up.

Tips-tips buat kita-kita nih?
Intinya komunikasi adalah keterampilan, jadi harus dipraktekkan. Awalnya mungkin gugup tapi yakin pasti bisa, dan akhirnya insyaAlloh bakal ketagihan. Dan juga dianjurkan baca teknik-teknik komunikasi dan kemudian dipraktekkan. Ini bukanlah bakat, jadi semua aku yakin bisa melakukannya.

Wah wah wah…menarik bukan pengalamannya mas Mushtafa ini. Tak heran jika beliau kini sukses dimana-mana. Seperti yang mas Mus bilang bahwa kita semua sebenarnya punya kemampuan berkomunikasi kok,tinggal bagaimana kita sendiri mengasah dan menerapkannya. Semoga pengalaman mas Mus ini bisa menjadi inspirasi buat kita semua.

Jumat, 28 Oktober 2011

POLLING



 Salah satu divisi dari HIMIKA BERJAYA 2011 yaitu ‘Kasostrad’ mengadakan sebuah agenda yang namanya ‘polling’.
Polling ini merupakan lanjutan dari kegiatan sharing angkatan yang telah di laksanakan pada tanggal 23 Maret 2011.
Pada kegiatan tersebut, mahasiswa sebanyak 5-6 orang mewakili angkatannya membahas tentang permasalahan yang terdapat pada tiap angkatan.

Dari polling ini nantinya diharapkan akan ada usulan atau tanggapan dari perwakilan mahasiswa tentang kurikulum atau pembelajaran di perkuliahan.
Beberapa yang menjadi bahasan dalam sharing tersebut adalah tentang MUT,
harga untuk mahasiswa yang ingin melakukan remedial, dan penilaian dosen yang berbeda pada saat OSCE.
Nah, usulan atau tanggapan yang muncul dari sharing angkatan tersebut itulah yang nantinya akan menjadi bahasan dalam polling.
Usulan dan tanggapan tersebut dikemas dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang kemudian dikirim ke email masing-masing mahasiswa PSIK untuk dijawab.

Adapun hasil dari polling tersebut yaitu :
Untuk penaikan nilai MUT banyak yang menyarankan untuk di naikkan yaitu sebesar 71%,
dan untuk perolehan nilai maksimal dari MUT banyak yang menginginkan nilainya A/B yaitu sebesar 55%.

Untuk konten isi soal MUT banyak mengatakan sebagian sama dengan UAB yaitu sebesar 48%,
dan terakhir untuk pengulangan perbaikan nilai sebagian dari mereka mengatakan dua kali perbaikan.
Kemudian dari  pihak prodi telah menindaklanjuti kebijakan  mengenai batas nilai hasil MUT dan telah di follow up  sampai dengan pihak fakultas.
Hasil keputusan akan keluar  di buku panduan mahasiswa pada tahun ajaran baru.

Dan  juga ada beberapa solusi yang diberikan dari staf kemahasiswaan yaitu mengenai;
Harga remidi
Dana 10 ribu itu tidak mencukupi untuk biaya penggandaan soal, dan biaya untuk tim pengoreksi.
Nah, jadi pihak prodi menaikan harga MUT, dan ini sudah diberlakukan untuk tahun ajaran berikutnya.

Perubahan dosen pada saat OSCE
Penggantian dosen ini merupakan suatu hal yang tidak terduga meskipun sudah dikonsep dan diatur sedemikian rupa. Namun, terkadang dosen konfirmasi ke pihak prodi H-1.
Hal ini akan  ditindaklanjuti oleh penguji dari klinik karena jumlah dosen penguji dari PSIK sendiri kurang.

Perbedaan kriteria pada saat OSCE
Hal Ini sulit dilakukan karena harus menyamakan persepsi,
tapi dari pihak prodi khususnya pak Totok Hardjanto sudah merancang suatu acara untuk menyamakan persepsi penilaian seluruh dosen penguji yaitu dengan diadakannya workshop.
-          Keterlambatan pemberitahuan nilai yaitu selama 2 minggu
Ada beberapa kendala yaitu mengenai ujian  essay perlu dikoreksi terlebih dahulu.



Kamis, 27 Oktober 2011

PENTINGNYA KOMUNIKASI



Perkembangan teknologi, pendidikan, dan ilmu pengetahuan pada bidang keperawatan sangat berkembang pesat,
hal ini menuntut profesionalime dan pelayanan yang berkualitas dari seorang perawat dalam bekerja di bidangnya.
Salah satu hal yang terpenting pada profesi keperawatan itu adalah komunikasi.
Dengan berkomunikasi, perawat dapat mengetahui apa masalah yang dialami oleh klien.
Oleh karena itu, tim redaksi magnum bertanya lebih lanjut mengenai komunikasi kepada salah satu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM, Bapak Purwanta, S.Kp.,M.Kes.

Menurut dosen PSIK UGM, Bapak Purwanta, “Komunikasi berarti menyampaikan pesan. Pada dasarnya, dalam menyampaikan pesan, harus memahami apa yang harus disampaikan atau orang yang menyampaikan pesan harus mengerti inti dari komunikasi dan kepada siapa harus menyampaikan materi tersebut. Cara penyampaian materi kepada masyarakat berbeda dengan cara penyampaian materi kepada mahasiswa, walaupun bahan materi tersebut sama.”

Terdapat tiga jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
Komunikasi yang sering digunakan dalam keperawatan baik di rumah sakit maupun di lingkungan masyarakat adalah komunikasi verbal yaitu perawat bertanya langsung kepada klien mengenai keluhan – keluhan mereka.
Bapak purwanta juga menjelaskan bahwa komunikasi yang efektif itu adalah komunikasi dua arah.
Kita harus memahami klien, bukan mereka yang harus memahami kita.
Komunikator harus bisa memahami audiece.
Sebaiknya, kita menggunakan bahasa yang mereka ketahui.
Selain itu, jika menggunakan alat – alat atau media sebaiknya menggunakan alat – alat yang sudah mereka kenal.
Lebih baik tergantung konteksnya, jika hanya pengetahuannya, bisa juga menggunakan media.
Kita juga harus memahami apa yang kita buat.
Contoh pengetahuan dengan konteks membuang sampah.
Kita harus mengetahui pengertian sampah, manfaatnya apa, jika tidak dikelola dengan baik akibatnya apa yaitu misalnya diare, tifus dari lalat.
Jika ingin mengetahui sikap dari masyarakat, kita bisa menggunakan skenario.
Pengalaman mereka apa terhadap suatu penyakit, misalnya di masyarakat tersebut terdapat penyakit apa. Dan jika perilaku, masyarakat diajak kerja bakti, bagaimana penggunaan tempat sampah yang baik.

Bapak purwanta juga berbagi pengalamannya mengenai kendala ketika memberikan penyuluhan dan berkomunikasi kepada masyarakat.
Pertama, kontrak yang tidak jelas ketika mengadakan pertemuan dengan keluarga.
Misalnya, jangan hanya mengatakan besok sore, tetapi mengatakan kepada klien, besok sore jam 4.

Kedua, Kontrak materi yang jelas.
Kontrak materi itu jangan sampai kita diwajibkan harus untuk menyampaikan materi tertentu, tetapi kita harus menyampaikan materi yang mereka butuhkan.
Yakinkan bahwa yang kita sampaian yang mereka butuhkan.

Ketiga, Kesibukan.
Mahasiswa yang sibuk sehingga datang ke masyarakat terlambat dan jam karetnya masyarakat.

Dan yang keempat, partisipasi dari masyarakat terkadang kurang bagus.
Hal ini bisa disebabkan oleh banyak hal.

Kelima, mahasiswa kurang mengetahui setting tempat penyuluhannya terlebih dahulu.
Tempat merupakan media yang mendukung kelancaran dri penyuluhan. Maka, kita harus setting tempat terlebih dahulu.
Penyuluhannya bisa dibarengi dengan ketrampilan, misalnya cara memasak dengan benar, membuat oralit, cara tensi yang baik.
Kunci dari memberikan penyuluhan itu adalah komunikasi yang menarik. Jangan sampai mereka kecewa dengan penyuluhan yang kita berikan.

Kita sebagai mahasiswa atau perawat yang menyampaikan penyuluhan sebaiknya mengetahui tingkat kesadaran dari masyarakat.
Untuk mengetahui dan menumbuhkan kesadaran masyarakat bisa melalui pendekatan, kronologi masalah di masyarakat sehingga masyarakat mengatakan bahwa mereka butuh materi tersebut.
kita sebagai mahasiswa yakinkan bahwa materi yang kita sampaikan diperlukan oleh masyarakat.
Sebelum melakukan penyuluhan, kita sebaiknya melakukan pengkajian di masyarakat terlebih dahulu seperti melihat lingkungan masyarakat, wawancara kepada tokoh masyarakat,  bertanya kepada orang – orang yang relevan, atau memakai quetioner.
Kemudian pada saat pertemuan menyampaikan apa yang menjadi masalah di lingkungan tersebut dengan bukti – bukti dan memberikan bagaimana cara penyelesaiannya sehingga kesadaran itu dapat tumbuh.

Bapak purwanta juga berpesan bahwa perlu komunikasi atau pendekatan interpesonal yang baik kepada masyarakat sehingga masyarakat perlu percaya kepada kita sebagai perawat, maka jadilah perawat profesional, mengetahui etika, mengetahui unggah-ungguh dalam menyelami kondisi masyarakat.
Salam Professional.

Jurus Jitu Merayu Pasien Jiwa



“Hhmm.. Minggu depan praktek di bangsal jiwa.. Sulit gak ya? Gimana ya kalau bertemu pasien?”
Ini nih salah satu penyebab kegalauan para perawat, khususnya para pemula.

’Hoi hoi’.. Gak usah terlalu lama deh galaunya..
Bapak Ibrahim Rahmat, dosen Keperawatan Jiwa PSIK dengan senang hati memberikan pencerahan kepada kita tentang tips n trick menggait pasien sakit jiwa agar tercipta komunikasi terapeutik  yang efektif.

Sebenarnya prinsip berkomunikasi kepada pasien apapun sama saja.
Tapi, tentunya pasien sakit jiwa dan sakit fisik pastinya ada perbedaan, pasien sakit fisik bisa mengungkapkan kondisi yang dialami saat sakit.
Sedangkan pasien jiwa merasa seolah – olah dia tidak sakit, dia memberikan sikap sehat, padahal dia mengalami kelainan psikologis.
Maka dari itu, kita perlu beberapa jurus jitu dalam berkomunikasi.

Pertama,
ciptakan suasana saling percaya pada pandangan pertama..*iiihhiirr*.. 
Perkenalkan diri terlebih dahulu kepada pasien saat pertama kali,
jangan hanya sekedar nama, tapi ajak pasien mengobrol tentang dirinya.
Berikan respon yang baik pada saat dia bercerita.
Kepercayaan antara pasien dan perawat sangat berpengaruh pada setiap perlakuan pasien kepada kita.
Khususnya saat melakukan pengkajian kepada pasien, kita harus punya modal dulu agar pasien bisa cerita panjang lebar.
Biasanya pasien akan langsung cerita sendiri tentang apa yang dia rasakan selama ini.
Saat pengkajian, hati – hati tentang pertanyaan yang kita sampaikan.
Salah sedikit, bisa mengakibatkan respon pasien yang berbeda, bahkan kadang menunjukan kemarahan/ngambek dengan perawat.
Pada pasien seperti ini, biasanya dilakukan terapi oleh perawat lain untuk menyelesaikan masalah.
Jika ada pasien marah, maka kita tetap bersikap biasa dan mulailah membentuk kepercayaan dari awal lagi.

Kedua,
penglibatan keluarga pasien.
Karena keluarga lebih tahu tentang kondisi pasien, perawat harus bisa memaksimalkan keluarga dalam menggali kondisi pasien dan perlakuan kepada pasien.
\Sebaiknya keterlibatan keluarga digunakan dari awal sampai akhir perawatan, khususnya saat terapi pada pasien.
Karena pihak keluarga lah yang akan mengurusi pasien setelah pulang dari RS.

Ketiga,
berinteraksi sesering mungkin.
Ini merupakan cara menjaga kepercayaan kepada pasien tidak luntur.
Frekuensi berkomunikasi ini sangat mempengaruhi komunikasi, semakin sering maka akan menjalin keakraban, sehingga hal ini sangat efektif dan bermanfaat  dalam menggali informasi pasien serta melakukan tindakan terapi untuk pasien.

Selain 3 jurus diatas, kita perlu terapkan kolaborasi dengan profesi lain.
Karena perawat lebih mengerti tentang keadaan pasien, maka keadaan tersebut harus disampaikan ke dokter untuk diagnosis lanjutan.
Sedangkan , perawat bisa menerapkan tindakan mandiri perawat dalam meminimalkan gejala/kejadian yang dialami pasien karena penyakitnya.

Mudah kan? Asalkan sesuai dengan pedoman, bertemu pasien jiwa gak akan jadi masalah.
Yang terpenting adalah percaya.. Semoga bermanfaat.. J
-nh-

Selamat Datang

Welcome to our blog..

Tentang Kita

Foto saya
Bersama HIMIKA mewujudkan civitas keperawatan untuk terus kreatif, inovatif, kritis, berkompeten, dan aspiratif serta bermoral dalam hal keorganisasian, keilmuan, pelayanan masyarakat, dan penelitian untuk menghadapi persaingan dunia global dalam dunia keperawatan

Followers

Search This Blog