Choose
to Live!
Kalau
jalannya masih panjang, kenapa harus berhenti ditengah jalan?
Semua
orang sadar bahwa hidup itu penuh dengan masalah. Tapi apakah semua orang cukup
yakin dan kuat untuk menghadapi semua masalah itu?
Life is Choice!
Hidup dengan segala
permasalahannya memang sudah menjadi satu paket yang nggak terpisah.
Life is
choice! jadi kita harus selalu siap dengan konsekuensi pilihan kita.
Contohnya nih,
aktif di kegiatan kampus, kita harus siap lelah secara mental maupun fisik.
Kita
harus bisa mengatur waktu agar tanggungjawab sebagai mahasiswa, yaitu kuliah,
tidak terabaikan.
Lalu ketika kita memilih untuk pacaran, berarti kita harus
siap dengan perbedaan persepsi yang sering kali muncul dan menimbulkan
pertengkaran.
Kita harus siap dan mampu menjadi
dewasa dengan segala problem hidup yang sering kali tidak diketahui kapan
datangnya.
Semuanya memang merupakan serangkaian yang tidak bisa dihindari.
Susahnya, waktu nggak akan pernah mau berkompromi dengan keadaan kita.
Roda
kehidupan nggak akan berhenti hanya karena kita merasa belum siap.
Kapan dan
dimana saja kita harus siap keluar dari zona nyaman kita untuk menghadapi
perubahan.
Jangan bikin masalah baru
Karena masalah memang paling susah
berkompromi dengan waktu, seringkali kita nggak siap ketika masalah itu datang,
akhirnya seringkali dari kita banyak yang mengambil jalan pintas yang selalu
terlihat lebih mudah.
Kayak contoh kaus di tv nih, kemiskinan berujung bunuh
diri, atau di putus pacar langsung bunuh diri. Duh duh! Nggak banget kayak
gitu.
Pikiran negatif kayak gitu itu malah semakin menambah masalah bukan
menyelesaikan masalah.
Coba ambil napas dalam dalam, rileks kan pikiran dan
pikirkan apa yang akan terjadi di masa depan, jangan hanya berkutat dengan
pikiran hari ini atau sekarang.
Seberapa tahan?
Walaupun susah, para ahli
berpendapat bahwa masalah yang terjadi di dalam hidup kita merupakan suatu alat
untuk menjadikan kita sebagai manusia yang lebih baik lagi.
Fanny Law, seorang pejabat di
pemerintahan Hongkong yang menangani masalah pendidikan mengatakan bahwa
terkadang kita merasa takut dan lemah dalam menghadapi semua masalah dan
mungkin mempertanyakan kemampuan kita sendiri.
Tapi kalau kita memandang
masalah sebagai sebuah tantangan dan berhasil survive, hal itu justru akan memberikan
kita kepuasan dan percaya diri.
Seorang konsultan motivasi, Dr. Paul. Stolz, dalam teorinya yang
disebut Adversity Quotient menekankan
bahwa sebuah kesuksesan merupakan hasil dari kemampuan kita untuk
bangkit kembali setelah mengalami sebuah masalah.
Menurutnya, cara
kita menghadapi masalah ada 3 teori.
Yang paling rendah disebut Quitters, yaitu mereka yang menolak
menghadapi masalah dan memilih untuk berhenti.
Yang kedua adalah campers, yaitu mereka yang menghindari
masalah dan memilih untuk bersembunyi.
Dan yang paling tinggi adalah climbers, yang secara berani menghadapi
masalah dan menganggapnya sebagai tantangan.
Mereka yang termasuk golongan climbers adalah orang orang yang hidup
bahagia dan sering menjadi pemimpin dalam lingkungannya.
Sedangkan mereka yang
nggak bijaksana dalam menghadapi masalah biasanya akan terlalu cepat gembira
dan emosional dalam menghadapi sukacita namun langsung jatuh begitu masalah
muncul.
Jadi, yuk ubah pola pikir kita.
Dari yang tadinya masalah adalah musibah
menjadi masalah adalah tantangan.
Karena sebenarnya kita semua sanggup dalam menghadapi permasalahan hidup yang
selalu muncul tersebut.
Memutuskan sebuah roda kehidupan tidak berarti
menemukan masalah.
Memilih mati itu gampang, tapi yang susah adalah memilih
untuk tetap hidup.
Semangat selalu untuk kita!
Jalankanlah
hidupmu yang indah.
Jangan
pernah kau berkeluh kesah, walau kadang engkau lelah.
HIDUP
ITU TETAP INDAH
(Naif-hidup
itu indah)
-gds5-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
yang mau komentar monggo