“Hhmm.. Minggu depan praktek di
bangsal jiwa.. Sulit gak ya? Gimana ya kalau bertemu pasien?”
Ini nih salah
satu penyebab kegalauan para perawat, khususnya para pemula.
’Hoi hoi’.. Gak usah terlalu lama
deh galaunya..
Bapak Ibrahim Rahmat, dosen Keperawatan Jiwa PSIK dengan senang
hati memberikan pencerahan kepada kita tentang tips n trick menggait pasien sakit
jiwa agar tercipta komunikasi terapeutik
yang efektif.
Sebenarnya prinsip berkomunikasi
kepada pasien apapun sama saja.
Tapi, tentunya pasien sakit jiwa dan sakit fisik
pastinya ada perbedaan, pasien sakit fisik bisa mengungkapkan kondisi yang
dialami saat sakit.
Sedangkan pasien jiwa merasa seolah – olah dia tidak sakit,
dia memberikan sikap sehat, padahal dia mengalami kelainan psikologis.
Maka
dari itu, kita perlu beberapa jurus jitu dalam berkomunikasi.
Pertama,
ciptakan suasana saling
percaya pada pandangan pertama..*iiihhiirr*..
Perkenalkan diri terlebih dahulu kepada pasien saat pertama kali,
jangan
hanya sekedar nama, tapi ajak pasien mengobrol tentang dirinya.
Berikan respon
yang baik pada saat dia bercerita.
Kepercayaan antara pasien dan perawat sangat
berpengaruh pada setiap perlakuan pasien kepada kita.
Khususnya saat melakukan
pengkajian kepada pasien, kita harus punya modal dulu agar pasien bisa cerita
panjang lebar.
Biasanya pasien akan
langsung cerita sendiri tentang apa yang dia rasakan selama ini.
Saat
pengkajian, hati – hati tentang pertanyaan yang kita sampaikan.
Salah sedikit,
bisa mengakibatkan respon pasien yang berbeda, bahkan kadang menunjukan
kemarahan/ngambek dengan perawat.
Pada pasien seperti ini, biasanya dilakukan
terapi oleh perawat lain untuk menyelesaikan masalah.
Jika ada pasien marah,
maka kita tetap bersikap biasa dan mulailah membentuk kepercayaan dari awal
lagi.
Kedua,
penglibatan keluarga pasien.
Karena keluarga lebih tahu tentang kondisi pasien, perawat harus bisa
memaksimalkan keluarga dalam menggali kondisi pasien dan perlakuan kepada
pasien.
\Sebaiknya keterlibatan keluarga digunakan dari awal sampai akhir
perawatan, khususnya saat terapi pada pasien.
Karena pihak keluarga lah yang
akan mengurusi pasien setelah pulang dari RS.
Ketiga,
berinteraksi sesering
mungkin.
Ini merupakan cara menjaga kepercayaan kepada pasien tidak luntur.
Frekuensi berkomunikasi ini sangat mempengaruhi komunikasi, semakin sering maka
akan menjalin keakraban, sehingga hal ini sangat efektif dan bermanfaat dalam menggali informasi pasien serta
melakukan tindakan terapi untuk pasien.
Selain 3 jurus diatas, kita perlu
terapkan kolaborasi dengan profesi lain.
Karena perawat lebih mengerti tentang
keadaan pasien, maka keadaan tersebut harus disampaikan ke dokter untuk
diagnosis lanjutan.
Sedangkan , perawat bisa menerapkan tindakan mandiri
perawat dalam meminimalkan gejala/kejadian yang dialami pasien karena
penyakitnya.
Mudah kan? Asalkan sesuai dengan
pedoman, bertemu pasien jiwa gak akan jadi masalah.
Yang terpenting adalah
percaya.. Semoga bermanfaat.. J
-nh-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
yang mau komentar monggo