Sabtu, 25 Juni 2011

Cerita dibalik Suksesnya Tim NV UGM...

…A journey of thousand miles begins with a little baby step…

Sebuah prestasi yang cukup membanggakan baru saja ditorehkan oleh tiga orang mahasiswa PSIK FK UGM, yang tergabung dalam tim LCT (Lomba Cerdas Tangkas).

Tim ini  awalnya berawak Hastoro Dwiantoaji (PSIK 2007), Bayu Fandhi Achmad (PSIK 2008) dan Akbar Satria (PSIK 2008), dan berhasil mejuarai  LCT di tingkat regional DIY Jateng.
Namun, karena satu dan lain hal, susunan personil pun terpaksa dirombak menjelang lanjutan kompetisi LCT tingkat nasional. Akhirnya, Bayu Fandhi Achmad, Listyanti Aninda (PSIK 2008) dan Maria Karola Lionar (PSIK 2008) menjadi delegasi  LCT yang dikirim untuk mewakili UGM dalam ajang NersVaganza Nasional di Universitas Indonesia.

 So, read this piece of writing carefully if you want to find out how the story went and how the victory was achieved… Here we go!!


…the story begins…

Rabu,15 Juni 2011. 18:25.

Dengan gagah berani  (*ala-ala The Three Musketeers gitu..*), tiga mahasiswa PSIK FK UGM 2008 yaitu Bayu, Ninda, dan Karola (*yang semuanya masih agak-agak linglung setelah menghadapi ujian akhir blok yang cukup bikin meriang siang sebelumnya*) mengucapkan selamat tinggal untuk sementara pada kota Gudeg tercinta demi bertolak ke medan pertempuran di Jakarta (*jiah….*). 

Dengan menunggang si gagah “Senja Utama” dari Stasiun Tugu, kami memantapkan langkah demi menjemput impian di ibu kota. Sebagian besar waktu di dalam kereta kami habiskan dengan tidur-tidur ayam (*kecuali Bayu, yang bisa-bisanya tidur pules ampe mimpi segala alias tidur REM..ckckck*).
Dengan dibuai merdunya teriakan pedagang asongan yang bersahut-sahutan dalam kereta, kami membayangkan besok akan menjadi hari yang baik untuk tim kami.

Kamis,16 Juni 2011. 4:15.

Sampai di Jakarta, tidak ada acara pengalungan bunga apalagi penyambutan dengan big band lengkap (*ya iyalah….*). 
Kami bertiga ‘mendarat’ di Stasiun Jatinegara sekitar jam 4.15 pagi dengan tampang-tampang yang “amit-amit-ga-usah-dibayangin-deh” itu.
Setelah Bayu dan Ninda menunaikan sholat subuh di mushola setempat, kami pun duduk terkantuk-kantuk sambil bercanda satu sama lain sembari menunggu jemputan dari panitia datang.

Beberapa saat menunggu, akhirnya dua orang pemuda berjaket Universitas Indonesia tampak celingukan di depan kami, seolah-olah sedang mencari sesuatu yang hilang (*halah.. *). 

Singkat cerita, merekapun akhirnya menyadari bahwa tiga orang menyedihkan yang sedang duduk lesehan di depan mereka adalah orang yang sedang mereka cari.
Dan setelah menemui 3 orang delegasi dari Stikes Aisyiyah Yogyakarta yang ternyata datang bersamaan dengan tim UGM di stasiun yang sama juga, kami segera hengkang dari stasiun menuju asrama mahasiswa UI tempat peserta NersVaganza menginap selama berada di Jakarta.

Kami berenam plus 2 panitia penjemputan pun berjejalan dalam mobil silver yang segera meluncur di jalanan ibukota yang belum begitu macet pada pagi hari itu.


…the story continues; the battles get started…

Kamis, 8:30.

Sejujurnya nih ya, pertempuran hari itu kami mulai dengan sangat tidak meyakinkan.
Bayangkan, masih enak-enaknya ngaso di kamar setelah 10 jam badan ditekuk-tekuk ga karuan dalam kereta, tiba-tiba handphone bergetar tanpa ampun membangunkan saya dan Ninda.
Rupanya telepon dari panitia yang meminta kami untuk siap dalam 10 menit.
What?? You gotta be kidding me!!! 
Belum mandi, belum prepare ini itu dan harus udah segar bin wangi dalam 10 menit??
Aksi mandi plus dandan kilat pun segera dilancarkan.
Alhasil, pada sekitar jam 9.15, kami menjadi tim kedua paling akhir yang tiba di tempat lomba (*pastinya masih kusut dan nyawa belum sepenuhnya terkumpul*).
That was definitely not an impressive starting point, was it?


10:00

Semifinal kloter pertama pun dimulai.
Tim LCT UGM diadu dengan tim LCT dari Stikes Aisyiyah dan Stikes Baramuri mendapat ‘keberuntungan’ menjadi starter pada lomba siang itu guna memperebutkan kursi pertama di babak final.

Lontaran demi lontaran pertanyaan keluar dari mulut panitia.
Mulai dari Sigmund Freud sampai Briptu Norman-pun jadi bahan pertanyaan di babak semifinal pertama itu.

Persaingan skor cukup membuat ketar-ketir, namun akhirnya tim UGM bisa sedikit berbesar hati setelah memastikan satu tiket ke babak final dan mengalahkan kedua tim LCT lain dengan skor yang lumayan telak.

Tak lama kemudian, semifinal kloter dua dan tiga pun dilangsungkan yang pada akhirnya membuahkan tim LCT dari Universitas Indonesia dan Univeritas Kadiri sebagai dua finalis lain yang akan berhadapan dengan UGM di babak final.
 
13:00

The real battle was about to begin. 
Setelah mengisi amunisi dengan makan siang, sholat, dan persiapan lainnya, seluruh finalis LCT-pun diminta untuk segera kembali ke dalam arena pertarungan.

Tim UGM, seperti halnya finalis lainnya, bertekad untuk menampilkan yang terbaik.
Kami bertiga-pun berjalan agak gugup ke kursi peserta.
Jantung sudah mulai berdetak di atas 100x permenit.
Diaphoresis dan dyspnea perlahan-lahan melanda.
Ekstremitas tiba-tiba menjadi dingin dan terasa urgensi untuk miksi (>.<)

Namun, setelah melakukan nafas dalam secukupnya untuk menenangkan diri, kami pun menyatukan tangan kami di atas bel yang siap kami tekan.

And that’s how it goes... 
Kejar mengejar poin terjadi cukup sengit, terutama antara tim UGM dan UI.
Akhirnya, pertanyaan yang menentukan pun diberikan.
Babak terakhir ini merupakan babak pertaruhan nilai.
Kami harus mempertaruhkan minimal 50% dari nilai yang sudah kami dapatkan.

Jika jawaban benar, maka skor akan ditambahkan dengan nilai yang dipertaruhkan, dan sebaliknya jika jawaban salah maka skor akan dikurangi sebanyak nilai yang dipertaruhkan.

Kasus yang diberikan kurang lebih bercerita tentang seorang gadis kecil yang tinggal bersama ayah tirinya, mengeluh merasa nyeri saat berkemih, gatal di area genital dan sulit berjalan.
Setelah diskusi yang cukup alot di tim UGM, akhirnya kami memutuskan bahwa si gadis kecil mengalami sexual abuse dengan mempertaruhakan 43 poin dari total 87 poin yang saat itu kami miliki.
Sementara itu, UI menjawab vaginitis dengan mempertaruhkan 30 poin dari 55 poin yang dimiliki dan Universitas Kadiri menjawab serupa dengan UGM dan mempertaruhkan 10 poin dari 10 poin yang juga sudah mereka kumpulkan.

Sorak sorai kamipun pecah begitu mengetahui bahwa jawaban yang diminta adalah benar penganiayaan sexual pada anak. Dengan skor akhir 120 untuk UGM, 25 untuk UI dan 20 untuk Universitas Kadiri, UGM pun berhak atas gelar juara 1 LCT Nasional dalam NersVaganza 2011.

…and the story ends where it’s begun…

Jumat, 17 Juni 2011. 4:00

Sepertinya tim LCT UGM memang ditakdirkan untuk selalu kelihatan mengantuk di depan panitia. Hehehe..
Soalnya, Jumat pagi (*pagiiiiiii sekali…subuh malah…*) kami harus sudah berangkat ke Stasiun Senen untuk mengejar kereta yang akan mengantar kami kembali ke Yogyakarta.

Dengan didampingi oleh seorang mahasiswi manis FIK UI yang juga panitia NV ke Senen, kami bertiga terpaksa mengucapkan selamat tinggal yang terlalu awal pada acara yang menyenangkan ini. Tim UGM ini…

Datang paling telat, tapi pulangnya paling cepat...
 Pukul 6.30, kereta Fajar Utama pun membawa kami mengarungi perjalanan 10 jam kembali ke Yogyakarta.

15:30

Dan sampailah kami kembali di tempat semuanya bermula, Stasiun Tugu di Yogyakarta tercinta.
Capek sih memang, namun tetap tersisip rasa bangga pada diri kami.
Meskipun dengan segala keterbatasan yang ada kami tetap mampu memepersembahkan yang terbaik untuk PSIK FK UGM dan semoga kelak untuk kemuliaan profesi keperawatan…


-words by : Karola-
 



















Special thanks for :
  • Bayu n Ninda for the hard working and delightful experience we’ve shared together in the capital city (and in the damn train.. J )
  • Nuzul , Pinna, Matin 2009 yang udah ikut repot gara-gara kita…
  • Panitia NV 2011 di UI yang baik banget dan pengertian sama kita selama di sana.
  • Teman-teman 2008 yang sudah menyemangati kita dari jauh..
Yeah!! Long life nurses in the world.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yang mau komentar monggo

Selamat Datang

Welcome to our blog..

Tentang Kita

Foto saya
Bersama HIMIKA mewujudkan civitas keperawatan untuk terus kreatif, inovatif, kritis, berkompeten, dan aspiratif serta bermoral dalam hal keorganisasian, keilmuan, pelayanan masyarakat, dan penelitian untuk menghadapi persaingan dunia global dalam dunia keperawatan

Followers

Search This Blog