Senin, 06 Juni 2011

Rugaiyah Adam: Enjoy bekerja di antara ODHA...

Kurang familiar dengan nama itu? bukan masalah.

Rugaiyah adam (42 tahun), memang bukan artis sekaliber dewi persik yang doyan bikin sensasi, bukan pula Malinda Dee yang heboh beritanya akhir akhir ini, melainkan –Ria, panggilannya- seorang perawat di ibukota yang mengkhususkan diri melayani pasien ODHA di RSUD Dr. Soetomo.
Perawat Ria bekerja di ruang Poli UPIPI (Unit Perawatan Intermediate Penyakit Infeksi) sejak Poli tersebut pertama kali berdiri sekitar tahun 2004.
Dengan berbekal pengalaman pelatihan intensif tentang penanganan pasien ODHA, Perawat Ria meyakinkan diri untuk bergabung di Poli UPIPI.

Demi memahami pasien ODHA lebih lanjut, Perawat Ria rela mengambil magister psikologi di Universitas 17 Agustus.
Dan pada tahun 2005 Perawat Ria dikirim mengikuti pelatihan manajemen untuk perawatan pengobatan HIV di Thailand selama tiga bulan.

Bukan hal yang mudah ketika pertama kali bekerja untuk pasien ODHA, sering kali empati dan simpati berlebih berbaur menjadi satu, tak jarang pula Perawat Ria ikut turut bersedih bahkan menangis mengetahui kondisi pasien ODHA yang dirawatnya.
Pasalnya ketika pertama kali menangani pasien ODHA, yang ditanganinya adalah wanita ODHA yang hamil yang tertular infeksi dari suaminya dan bayinya juga turut terkenaODHA.
Namun seiring berjalannya waktu, perawat tangguh tersebut mampu mengolah perasaannya dengan lebih baik. #Nggak lucu kan kalo pasien nangis kita nya juga ikut sentrap sentrup nangis? Hehehe...

Berkat pendampingannya yang tak kenal lelah, cukup banyak ODHA yang survive dalam jangka waktu lama.
Perawat Ria tidak segan segan memberikan nomor ponselnya untuk dihubungi jika sewaktu waktu pasien yang bersangkutan membutuhkan dampingannya.
‘Kondisi pasien ODHA kan naik turun ya. Kadang kadang mereka panik lalu menelpon saya. Mereka tidak punya tempat lain untuk mengadu. Ya, akhirnya kami –perawat- yang harus siap 100%,’ ujarnya.

Perawat Ria juga tidak pernah memaksa pasiennya minum ARV (Anti Retroviral Virus).
‘Saya tidak pernah menuruh pasien saya minum ARV. Sakit banget lho rasanya. Saya cuma jelaskan konsekuensinya.’

Seperti artis yang tidak bisa sukses tanpa adanya sutradara, keluarganya selalu mensupportnya.
Suami dan tiga orang anaknya tidak pernah komplain dengan pekerjaan yang dilakukannya, mereka malah bangga dengan profesinya.
‘Mereka nggak pernah takut ataupun khawatir saya tertukar karena pengetahuan mereka tentang HIV sudah bagus,’ jelasnya. ‘Bekerja di rumah sakit memang membuat saya beresiko tinggi terinfeksi. Tapi mereka paham kok, HIV itu lebih susah menular daripada flu.’

Penerimaan keluarga Perawat Ria tidak hanya seputar tentang pekerjaannya tapi juga soal waktu bekerjanya, tak jarang dia harus lembur untuk mengebut menyelesaikan laporan.
Namun keluarganya berbesar hati menerimanya.
Sang suami bahkan bersikap romantis terhadapnya, pernah suatu malam suaminya diam diam datang ke Poli dan melihatnya sedang suntuk dengan laporan dihadapannya.
Kata dia, ‘Suami saya tiba tiba ada dibelakang saya dan berkata “Mama belum pulang ya? Saya pijetin deh.” #aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa mupeng!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yang mau komentar monggo

Selamat Datang

Welcome to our blog..

Tentang Kita

Foto saya
Bersama HIMIKA mewujudkan civitas keperawatan untuk terus kreatif, inovatif, kritis, berkompeten, dan aspiratif serta bermoral dalam hal keorganisasian, keilmuan, pelayanan masyarakat, dan penelitian untuk menghadapi persaingan dunia global dalam dunia keperawatan

Followers

Search This Blog