Senin, 13 Juni 2011

Patricia Sawo; Pahlawan Penderita HIV/AIDS yang Terbuang

Yayasan Discover to Recover Centre (DTRC) di Kitale, Kenya, merupakan penampungan anak anak yang terbuang karena HIV/AIDS. Yayasan yang pada awalnya ditujukan untuk merawat penderita HIV/AIDS, berubah menjadi penampungan anak anak terbuang tersebut. Adalah Patricia Sawo, sosok perempuan tangguh yang berempati tinggi terhadap anak anak ODHA tersebut yang  merupakan pendiri DTRC. Mantan pendeta gereja di Kenya tersebut rela mengorbankan hidupnya dengan merawat anak anak ODHA tersebut dan menjadikan DTRC sebagai rumah mereka. 


Dahulu ketika dia masih menjadi pendeta, Patricia selalu melontarkan kritik pedas terhadap jemaat yang hidupnya tidak sesuai ajaran Tuhan. Termasuk didalamnya adalah ODHA. Dalam kesombongan manusiawinya dia berkata, ‘Mereka yang ditakdirkan mengidap AIDS adalah orang yang dikutuk Tuhan. AIDS adalah kutukan atas ketidakpatuhan manusia terhadap Tuhan.’ 
Tapi semua khotbah dan kritikan yang dilontarkan merupah menjadi bumerang baginya. Tahun 1999, pagi hari ketika dirinya terbangun dari tidur, Patricia menemukan tubuhnya dipenuhi herpes zoster. Bintil bintil merah yang terasa panas dan menyakitkan yang umumnya terkait dengan HIV, meskipun tidak selalu demikian.
Dalam keadaan bingung dan hati yang hancur, Patricia melampiaskan emosinya sesaat selama 2 jam menangis di kamar mandi. Tapi karena akal sehatnya masih berjalan, dia menjalani serangkaian tes HIV. Dan hasilnya adalah positif. Patricia menduga transfusilah penyebabnya.
Satu hal yang terpikir olehnya adalah menyingkirkan virus tersebut dari tubuhnya. Dengan berdoa, berpuasa, dan mendekatkan diri pada Tuhan, Patricia berharap virus tersebut hilang darinya. Hal tersebut berlangsung selama 4 tahun. Dan tentu saja hal itu tidak membuahkan hasil.
Lelah dengan semuanya, Patricia membuka ke publik kalau dia terinfeksi HIV. Sudah bisa diduga, bencana datang. Suaminya kehilangan pekerjaan, dan anak-anaknya dipaksa keluar dari sekolah. Puncaknya, mereka sekeluarga diusir dari tempat tinggal mereka. ‘Semua hilang, tidak ada yang tersisa kecuali keluarga kecil kami. Tapi saat itu saya sadar, saya belum mati, saya harus melanjutkan hidup,’ ujarnya.
Awal mula dia mencoba berbisnis, namun lambat laun orang orang mengetahui dirinya ODHA, sehingga usahanya bangkrut. “Stigma yang kusandang saat itu sangat menyakitkan, jauh lebih sakit ketimbang virus itu sendiri,” ujarnya. Hingga akhirnya khirnya dia menemukan sebuah LSM Handicap Internasional di Belgia dan Perancis.
Pengalamannya di LSM tersebut mengubah kehidupannya 180 derajat. Tahun 2005, Patricia dan suaminya –Francis. RED.- mendirikan DRTC di Kenya yang hingga saat ini terdapat 48 anak yang di rawat disana.
Tidak hanya memberikan kasih sayang terhadapa anak-anak, Patricia juga meluaskan pelayanannya kepada banyak orang. Saat ini dia memberikan konseling kepada sekitar 20-25 orang tiap bulannya. Selain itu Patricia juga mencari donatur yang bersedia membantunya dalam penyediaan obat gratis. Hingga saat ini ada perusahaan non profit Hope San di AS bersedia membantu. Selain itu, untuk menambah penghasilannya, Patricia bekerja sebagai duta HIV/AIDS sebuah organisasi Kristen Internasional, dan bahkan masih bersedia bertani jagung dan kaacang-kacangan untuk menjamin kelangsungan hidup yayasan dan dirinya. (She’s the stronger one!) Dengan terus melakukan misinya tersebut, Patricia telah menemukan penyembuh bagi dirinya sendiri. ‘HIV telah membuat saya menjadi orang yang lebih baik. Tuhan memiliki caranNya sendiri atas penyembuhan. Jadi bagi saya pribadi, saya sudah sembuh,” katanya.


1 komentar:

yang mau komentar monggo

Selamat Datang

Welcome to our blog..

Tentang Kita

Foto saya
Bersama HIMIKA mewujudkan civitas keperawatan untuk terus kreatif, inovatif, kritis, berkompeten, dan aspiratif serta bermoral dalam hal keorganisasian, keilmuan, pelayanan masyarakat, dan penelitian untuk menghadapi persaingan dunia global dalam dunia keperawatan

Followers

Search This Blog