Jumat, 28 September 2012

Citra Perawat di Media Massa


Seiring dengan berkembangnya era reformasi di Indonesia, media massa menjadi salah satu hal terpenting dalam tumbuhnya isu-isu dalam pemerintahan maupun swasta. Kiprah media massa seolah-olah menjadi dasar bagi instansi atau suatu pihak untuk bisa mengembangkan segala yang dimilikinya maupun bisa menjatuhkan dalam waktu yang singkat. Tidak jarang media massa atau biasa disebut dengan pers ini bisa menjadi dukungan bagi kasus-kasus yang sedang hangat dibicarakan. Semua kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan aspek lainnya selalu menjadi sorotan media massa. Setelah reformasi menjadi pijakan di negeri Indonesia ini, pers tumbuh membabi buta seolah-olah tidak ada batasan dalam berpendapat, kebebasan digunakan dengan seluas-luasnya tanpa melihat lagi ada pihak yang mungkin saja dirugikan.
            Media massa dimanfaatkan oleh masyarakat terutama yang masuk dalam kalangan ekonomi rendah untuk mempercayai setiap berita yang diterbitkannya. Seolah-olah pers telah berubah menjadi dewa bagi masyarakat kalangan ini, karena memang akses yang terbatas untuk mengetahui keabsahan suatu berita. Berbeda dengan masyarakat kalangan atas atau yang tingkat ekonominya tinggi, mereka cenderung untuk lebih menggali informasi lagi baik dengan langsung mencari jawaban di sumber utama atau bisa mengunjungi lokasi kejadian secara langsung jika berita tersebut menyinggung suatu lokasi.
            Bukan hanya koran (surat kabar), radio, maupun televise yang tengah berkembang dengan marak sekarang ini. Internet juga telah dikembangkan untuk menjadi penyampai berita yang tidak menembus batas manapun, menghubungkan segala penjuru dunia. Di internet sendiri banyak berita bisa dicari mulai dari bentuk audio, visual (tulisan), dan audio visual sendiri (video). Fungsi media massa menurut Effendi (2003) yang tadinya hanya sebagai penyebar luas berita dan mencari pembenaran dalam sebuah berita sekarang berubah fungsi menjadi ajang bisnis bagi owner-owner dari internet, televisi, surat kabar, maupun berbagai bentuk media lainnya. Effendi (2003) menyatakan bahwa keuntungan yang bisa diraup dari iklan menjadikan media massa memburu segala berita dan dikemas dengan sudut pandang yang terkadang sempit dari perusahaan itu sendiri. Penting sekali bagi sebuah media masa untuk mendapat banyak perhatian dari penikmat berita. Akibatnya, bukannya menjadi penyampai pesan yang ideal dan tak berpihak, media masa berkembang menjadi sebuah ajang komersialitas demi keuntungan yang sebesar-besarnya. Dilihat dari ketertarikan masyarakat dan realitanya sendiri, media massa yang menyampaikan berita kontroversial atau negatif dipastikan berhasil menarik banyak pihak untuk menikmati berita tersebut. Sehingga bisa disimpulkan media masa menjadi cerminan masyarakat yang merekam dan menyajikan minat dan ketertarikan masyarakat.
            Peranan media massa menurut Denis McQuail (1987) yang ada selama ini adalah :
  1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain utamanya dalam periklanan/promosi.
  2. Sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat.
  3. Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat.
  4. Wahana pengembangan kebudayaan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma.
  5. Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.
Berkaitan dengan citra, sering kali media massa berhasil mempengaruhi masyarakat tentang apa yang menjadi pikiran di media tersebut. Contoh nyatanya saja, infotainment, infotainment berkembang sangat pesat di Indonesia ini, segala yang ada dalam pemberitaan adalah citra diri individual, maupun sekelompok selebriti. Berita yang disajikan akan menjadi perhatian utama pemirsa apabila segala informasi dari selebriti tersebut berhasil terkuak yang pada akhirnya memunculkan citra seorang selebriti baik atau buruknya. Seiring berkembangnya jaman, tokoh masyarakat dan kelompok instansi juga sering dilibatkan dalam pemberitaan tanpa batas ini. Seolah-olah memang media massa mengetahui segala-galanya. Disayangkan jika citra yang terbentuk dari pemberitaan ini adalah citra yang negatif dimana pihak yang dirugikan harus menata kembali dan memperlihatkan hal-hal positif yang dimilikinya secara mati-matian.
Sebagai bagian dari profesi dan kelompok yang berperan aktif dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat yang bergelut dalam bidang kesehatan, maka perawat juga tak lepas dari intaian media massa. Bukan hanya mengenai pemberitaan positif saja yang disorot oleh media massa dalam profesi ini, melainkan tak jarang pula bahkan terhitung banyak pemberitaan miring atau negatif seputar perawat baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sehingga animo masyarakat terhadap perawat juga menjadi kurang baik.
Video di internet telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari media massa yang memanjakan para pemirsanya dengan tontonan buruk. Mudahnya pencarian yang hanya dilakukan dengan mengetikkan objek yang akan dicari, internet menjadi salah satu hal terfavorit untuk menghibur pencari berita. Perawat juga terkena dampak negatifnya disini. Berdasarkan penelitian yang dipimpin oleh Gerard Fealy, seorang profesor keperawatan dan kebidanan di University College Dublin di Irlandia, 10 klip yang paling sering dilihat di situs berbagi video populer adalah menggunakan kata kunci "perawat" dan "keperawatan."
            Hanya empat video yang menunjukkan kerja positif perawat dimana digambarkan perawat bertugas sebagai pengasuh yang professional, terampil, dan tentunya bermanfaat bagi kebaikan. Video-video yang meningkatkan citra perawat tersebut dipublikasikan oleh pihak perawat sendiri. Kebalikan dari keempat video tersebut, keenam video lainya menunjukkan citra buruk perawat yang mungkin bisa saja dilebih-lebihkan. Dua diantaranya berasalh dari kartun dan komedi dalam situasi di Amerika Serikat yang justru menunjukkan perawat itu bodoh dan tidak berkompeten. Lebih parah lagi, empat lainnya menggambarkan perawat sebagai sosok berpakaian minim atau sebagai objek fantasi seksual pria, dimana salah satu dari empat tersebut digunakan sebagai iklan pakaian dalam Belgia.
            Kasus nyata dalam pemberitaan di sebuah surat kabar menyatakan bahwa di RS Birmingham Heartlands, London, Inggris seorang perawat yang berusia 29 tahun melakukan hubungan seksual dengan pasiennya yang akan menjalani operasi transplantasi jantung dan paru. Meski pada akhirnya perawat tersebut mendapatkan pemberhentian kerja selama satu tahun, tetapi jika sudah dalam pemberitaan seperti ini tetap saja mencoreng profesi perawat secara umum. Berita dari dalam negeri sendiri juga memperlihatkan sosok perawat yang mudah diperdaya dengan rayuan seks. Perawat yang dipermasalahkan disini adalah perawat berjenis kelamin wanita. Perawat berusia 22 tahun dengan inisial Ys terlibat skandal dengan pasiennya yang berusia 33 tahun. Kejadian tersebut terjadi di hotel. Tidak berhenti sampai dengan perawat wanita, bahkan perawat pria beranak 3 pun ada yang terkena kasus meniduri seorang gadis remaja berusia 19 tahun yang merupakan tetangganya sendiri. Kasus seperti ini terjadi di wilayah Jawa Tengah, Indonesia.
Memang sering kali, perawat wanita digambarkan sebagai sosok yang sexy dalam berbagai media baik itu iklan, video klip, bahkan dijadikan sebagai topik dalam film mesum. Pantas saja bila anggapan perawat sebagai “pekerja sambilan” merebak di kalangan masyarakat umum dan tentunya menjadikan masyarakat mempunyai kesan yang buruk terhadap para perawat, karena media massa sendiri jarang mendukung kebaikan-kebaikan yang perawat serukan. Justru dilihat dari faktanya, media massa rame-rame menyerukan keburukuan perawat dalam berbagai gender yang melakukan tindak asusila. Sudah seharusnya badan-badan profesional yang mengatur dan mewakili perawat perlu melobi legislator untuk melindungi profesi mereka dari anggapan negatif yang tidak semestinya dan mendukung perawat yang tertarik menggunakan media massa sebagai perbaikan citra untuk mempromosikan profesi mereka secara positif.
Dimana kasus yang menjadikan perawat terlihat sebagai pahlawan justru tidak diserukan di media massa. Sudah banyak perawat Indonesia yang berprestasi sehingga mampu menerjang pasar Internasional seperti Philipina, India, Arab Saudi, Jepang, Swiss, Belgia, Belanda, dan Amerika Serikat. Prestasi seperti ini tentunya mengharumkan nama bangsa karena kerja yang dilakukan perawat-perawat di luar sana juga tidak mengecewakan. Begitu pula dengan kasus perawat yang seharusnya bisa menimbulkan empati dari masyarakat terhadap kelompok profesi perawat. Sebut saja kasus Misran, seorang perawat dari Kalimantan Timur yang memberikan obat keras kepada pasiennya, hal tersebut dilakukan Misran karena tidak ada dokter di wilayahnya. Karena pemberian obat tersebut maka terpaksa Perawat Misran harus diaduk-aduk hukum karena dianggap melakukan penyalahgunaan kepercayaan. Berita dari Misran tersebut hanya diangkat sekelumit saja di media massa sehingga masyarakat juga tidak begitu tergugah dengan adanya kasus seperti ini. Berita yang tidak kalah pentingnya dimana masyarakat harus tau bahwa perawat tidak mempunyai perlindungan hukum. Hal-hal seperti ini patut diberitakan kepada khalayak luas, karena terkadang keributan yang terjadi pada masyarakat mampu membawa suara untuk pihak-pihak pengesah Undang-Undang.
Sudah bukan waktunya lagi untuk mengandalkan dan menunggu para petinggi di media massa dengan memohon-mohon memberikan berita positif mengenai dunia keperawatan dan perawat. Tidak pula dengan menyingkirkan segala animo buruk  tentang perawat yang marak terjun di masyarakat. Yang harus segera dilakukan oleh para perawat adalah dengan membuat berita-berita positif yang ada sendiri dan mempublikasikannya dengan cara sendiri. Media massa sekarang ini sudah tidak terbatas pada koran maupun televisi. Internet sudah ada dimana-mana dan begitu pula mudah untuk membuat orang membaca asal mau dan terus mem-follow-up orang orang di sekitar. Kalaupun harus melalui televisi dan koran, kesempatan juga terbuka lebar bagi orang-orang yang mau aktif menulis berita atau artikel bermutu mengenai pencitraan perawat sendiri. (Astuti '11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yang mau komentar monggo

Selamat Datang

Welcome to our blog..

Tentang Kita

Foto saya
Bersama HIMIKA mewujudkan civitas keperawatan untuk terus kreatif, inovatif, kritis, berkompeten, dan aspiratif serta bermoral dalam hal keorganisasian, keilmuan, pelayanan masyarakat, dan penelitian untuk menghadapi persaingan dunia global dalam dunia keperawatan

Followers

Search This Blog