Jumat, 28 September 2012

Peran Mahasiswa Keperawatan dalam Tanggap Becana


Sesuai dengan definisi mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, h. 696), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi. Sebagian mahasiswa masuk ke dalam kategori remaja akhir (18-21 tahun), namun sebagian pula terkategori sebagai dewasa awal pada periode pertama (22-28 tahun) (Monks, 2001, h. 262). Sebagai seorang remaja, mahasiswa pun dituntut untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum tercekcoki oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dsb. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut.
Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu perlu dirumuskan perihal peran, fungsi, dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan dan kontribusi mahasiswa tersebut.
Salah satu fungsi mahasiswa adalah sebagai Agent of Change. Hal tersebut berlaku pula untuk mahasiwa keperawatan. Mahasiswa keperawatan di tuntut menjadi Agent of change. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara dengan tingkat bencana yang tinggi dibandingkan dengan Negara Jepang, hal ini dapat dilihat dari ancaman letusan gunung berapi, gelombang tsunami dan banjir bandang yang rentan terjadi. Salah satu cara untuk menjadi Agent of Change adalah dengan turut berpartisipasi dalam tanggap bencana Di beberapa institusi keperawatan, telah digalakkan mahasiswa keperawatan tanggap bencana. Dimanakah letak peran mahasiswa keperawatan dalam tanggap bencana? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan mahasiswa keperawatan dalam tanggap bencana. Yang pertama, melakukan sosialisasi dalam menggalakkan tanggap bencana. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menghidupkan kembali puskesmas. Karena puskesmas memiliki fungsi yang besar dalam pnanggulangan dan tanggap bencana. Di harapkan nanti nya melalui sosialisasi, puskesmas dapat berfungsi sebagai mana mestinya dan dapat bergerak scara mandiri bila terjadi bencana. Di samping itu, mahasiswa keperawatan juga dapat mengedukasi masyarakat di tempat yang rawan bencana. Sehingga nanti nya mereka dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan saat terjadi bencana. Selain itu, masyarakat juga dapat membantu dalam perawatan korban nantinya saat terjadi bencana sehingga dapat mengurangi korban jiwa. Selain berfungsi sebagai edukator, mahasiswa keperawatan juga dapat bergerak langsung sewaktu terjadi nya bencana.  Sebelum berhadapan langsung dengan masalah, seorang mahasiswa keperawatan hendak nya mengetahui apa peran nya dalam penanggulangan bencana.
Yang pertama   Peran dalam Pencegahan Primer. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan mahasiswa keperawatan dalam masa pra bencana ini, antara lain:
1.mengenali instruksi ancaman bahaya;
2.mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)
3.melatih penanganan pertama korban bencana.
4.berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
  1. usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
  2. pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar
  3. memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans.
  4. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)
  5. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana
Yang kedua Peran Mahasiswa Keperawatan dalam Keadaan Darurat (Impact Phase). Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.
Mahasiswa keperawatan harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase ). Apakah sistem triase itu?
Triase merupakan kegiatan pemilahan korban-korban menurut kondisinya dalam kelompok untuk mengutamakan perawatan bagi yang paling membutuhkan.Defenisi lain Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan klinis segera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan).
Tindakan ini berdasarkan Prioritas ABCDE yang merupakan proses yang sinambung sepanjang pengelolaan gawat darurat medik.
Tag Triase
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap korban. Triase dan pengelompokan berdasarkan Tagging
  • Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi.
  • Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup (misal : gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).
  • Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan yang luas (misal : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher tidak berat, serta luka bakar ringan).
  • Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien dengan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang berkala (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat darurat psikologis).
  • Prioritas Keempat (Biru): Kelompok korban dengan cedera atau penyakit kritis dan berpotensi fatal yang berarti tidak memerlukan tindakan dan transportasi
Metode Triase
  • Sistem METTAG (Triage tagging system)
  • Sistem Triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
  • Sistem Kombinasi METTAG dan START
  • Triase Sistim METTAG
Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritasikan tindakan atas korban. Resusitasi ditempat.
Triase Sistem Penuntun Lapangan START
Berupa penilaian pasien 60 detik dengan mengamati ventilasi, perfusi, dan status mental (RPM : R= status Respirasi ; P = status Perfusi ; M = status Mental) untuk memastikan kelompok korban (lazimnya juga dengan tagging) yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan atau mati. Ini memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport segera. Resusitasi diambulans.
Triase Sistem Kombinasi METTAG dan START
Sistem METTAG atau sistem tagging dengan kode warna yang sejenis bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START.Resusitasi di ambulans atau di Area Tindakan Utama sesuai keadaan.
           
Yang ketiga Peran mahasiswa Keperawatan di dalam posko pengungsian dan posko bencana
1.Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari
2.Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
3.Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RS
4.Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
5.Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa
7.Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
8.Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
9.Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater
10.Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi

Yang ke empat Peran Mahasiswa  Keperawatan dalam fase postimpact. Pada fase ini, mahasiswa keperawatan di harapkan dapat mengobati rasa trauma dari masyarakat yang tertimpa bencana dengan memberikan semangat dan bantuan bantuan materal maupun sosial. Mahasiswa Keperawatan juga dapat membantu masyarakat melalui membantu merawat luka-luka yang dialami masyarakat.
Dengan demikian, jelas lah sudah bagaimana peran mahasiswa keperawatan dalam tangap bencana di Indonesia. Walaupun pada kenyataan nya, peran mahasiswa keperawatan pada saat tanggap bencana belum terihat nyata seperti peran dokter dalam tangap bencana. Namun, karena Indonesia merupakan wilayah yang rawan terkena bencana, sudah sepantas nya setiap insitusi keperawatan di Indonesia memiliki tim tanggap bencana. Agar nanti nya, kinerja mahasiswa keperawatan di Indonesia dapat terlihat lebih nyata. (Herlina Novita Silaban)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yang mau komentar monggo

Selamat Datang

Welcome to our blog..

Tentang Kita

Foto saya
Bersama HIMIKA mewujudkan civitas keperawatan untuk terus kreatif, inovatif, kritis, berkompeten, dan aspiratif serta bermoral dalam hal keorganisasian, keilmuan, pelayanan masyarakat, dan penelitian untuk menghadapi persaingan dunia global dalam dunia keperawatan

Followers

Search This Blog