Sesuai
dengan definisi mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, h. 696),
bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi. Sebagian
mahasiswa masuk ke dalam kategori remaja akhir (18-21 tahun), namun sebagian
pula terkategori sebagai dewasa awal pada periode pertama (22-28 tahun) (Monks,
2001, h. 262). Sebagai seorang remaja, mahasiswa pun dituntut untuk memenuhi
tugas-tugas perkembangannya. Mahasiswa dapat
dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan
dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas
masyarakat. Mahasiswa juga belum tercekcoki oleh kepentingan-kepentingan suatu
golongan, ormas, parpol, dsb. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya)
memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari
pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat
menggeser makna kebenaran tersebut.
Berdasarkan
berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak
sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri
tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah
bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan pula
pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat,
namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu perlu
dirumuskan perihal peran, fungsi, dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah
perjuangan dan kontribusi mahasiswa tersebut.
Salah satu fungsi mahasiswa adalah sebagai Agent of Change. Hal tersebut berlaku
pula untuk mahasiwa keperawatan. Mahasiswa keperawatan di tuntut menjadi Agent of change. Seperti yang kita
ketahui, Indonesia merupakan negara dengan tingkat bencana yang tinggi
dibandingkan dengan Negara Jepang, hal ini dapat dilihat dari ancaman letusan
gunung berapi, gelombang tsunami dan banjir bandang yang rentan terjadi. Salah
satu cara untuk menjadi Agent of Change
adalah dengan turut berpartisipasi dalam tanggap bencana Di beberapa institusi
keperawatan, telah digalakkan mahasiswa keperawatan tanggap bencana. Dimanakah
letak peran mahasiswa keperawatan dalam tanggap bencana? Ada beberapa hal yang
dapat dilakukan mahasiswa keperawatan dalam tanggap bencana. Yang pertama,
melakukan sosialisasi dalam menggalakkan tanggap bencana. Melakukan sosialisasi
kepada masyarakat untuk menghidupkan kembali puskesmas. Karena puskesmas
memiliki fungsi yang besar dalam pnanggulangan dan tanggap bencana. Di harapkan
nanti nya melalui sosialisasi, puskesmas dapat berfungsi sebagai mana mestinya
dan dapat bergerak scara mandiri bila terjadi bencana. Di samping itu,
mahasiswa keperawatan juga dapat mengedukasi masyarakat di tempat yang rawan
bencana. Sehingga nanti nya mereka dapat mengetahui apa yang harus mereka
lakukan saat terjadi bencana. Selain itu, masyarakat juga dapat membantu dalam
perawatan korban nantinya saat terjadi bencana sehingga dapat mengurangi korban
jiwa. Selain berfungsi sebagai edukator, mahasiswa keperawatan juga dapat
bergerak langsung sewaktu terjadi nya bencana.
Sebelum berhadapan langsung dengan masalah, seorang mahasiswa
keperawatan hendak nya mengetahui apa peran nya dalam penanggulangan bencana.
Yang pertama
Peran dalam Pencegahan Primer. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan mahasiswa keperawatan
dalam masa pra bencana ini, antara lain:
1.mengenali instruksi
ancaman bahaya;
2.mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan, pakaian dan
selimut, serta tenda)
3.melatih penanganan
pertama korban bencana.
4.berkoordinasi
berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional
maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat
Pendidikan kesehatan
diarahkan kepada :
- usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
- pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar
- memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans.
- Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)
- Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana
Yang kedua Peran Mahasiswa
Keperawatan dalam Keadaan Darurat (Impact Phase). Biasanya pertolongan
pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan
stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey
mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga
perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.
Mahasiswa keperawatan
harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan
pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera
(emergency) akan lebih efektif. (Triase ). Apakah sistem triase itu?
Triase merupakan
kegiatan pemilahan korban-korban menurut kondisinya dalam kelompok untuk
mengutamakan perawatan bagi yang paling membutuhkan.Defenisi lain Triase adalah
proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit
(berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan klinis segera) untuk
menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas transportasi
(berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan).
Tindakan ini
berdasarkan Prioritas ABCDE yang merupakan proses yang
sinambung sepanjang pengelolaan gawat darurat medik.
Tag Triase
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap korban. Triase dan pengelompokan berdasarkan Tagging
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap korban. Triase dan pengelompokan berdasarkan Tagging
- Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi.
- Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup (misal : gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).
- Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan yang luas (misal : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher tidak berat, serta luka bakar ringan).
- Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien dengan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang berkala (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat darurat psikologis).
- Prioritas Keempat (Biru): Kelompok korban dengan cedera atau penyakit kritis dan berpotensi fatal yang berarti tidak memerlukan tindakan dan transportasi
Metode Triase
- Sistem METTAG (Triage tagging system)
- Sistem Triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
- Sistem Kombinasi METTAG dan START
- Triase Sistim METTAG
Pendekatan yang
dianjurkan untuk memprioritasikan tindakan atas korban. Resusitasi ditempat.
Triase Sistem Penuntun
Lapangan START
Berupa penilaian
pasien 60 detik dengan mengamati ventilasi, perfusi, dan status mental (RPM :
R= status Respirasi ; P = status Perfusi ; M = status Mental) untuk memastikan
kelompok korban (lazimnya juga dengan tagging) yang memerlukan transport segera
atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan atau mati. Ini memungkinkan
penolong secara cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan
kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport segera. Resusitasi
diambulans.
Triase Sistem Kombinasi
METTAG dan START
Sistem METTAG atau
sistem tagging dengan kode warna yang sejenis bisa digunakan sebagai bagian
dari Penuntun Lapangan START.Resusitasi di ambulans atau di Area Tindakan Utama
sesuai keadaan.
Yang ketiga Peran mahasiswa Keperawatan di dalam posko
pengungsian dan posko bencana
1.Memfasilitasi
jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari
2.Tetap
menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
3.Merencanakan
dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RS
4.Mengevaluasi
kebutuhan kesehatan harian
5.Memeriksa
dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan kesehatan
6.
Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun
kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi
dengan perawat jiwa
7.Mengidentifikasi
reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan
dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik
(hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
8.Membantu
terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi
lingkungan misal dengan terapi bermain.
9.Memfasilitasi
konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater
10.Konsultasikan
bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan
masyarakat yang tidak mengungsi
Yang
ke empat Peran Mahasiswa Keperawatan
dalam fase postimpact.
Pada
fase ini, mahasiswa keperawatan di harapkan dapat mengobati rasa trauma dari
masyarakat yang tertimpa bencana dengan memberikan semangat dan bantuan bantuan
materal maupun sosial. Mahasiswa Keperawatan juga dapat membantu masyarakat
melalui membantu merawat luka-luka yang dialami masyarakat.
Dengan demikian,
jelas lah sudah bagaimana peran mahasiswa keperawatan dalam tangap bencana di
Indonesia. Walaupun pada kenyataan nya, peran mahasiswa keperawatan pada saat
tanggap bencana belum terihat nyata seperti peran dokter dalam tangap bencana.
Namun, karena Indonesia merupakan wilayah yang rawan terkena bencana, sudah
sepantas nya setiap insitusi keperawatan di Indonesia memiliki tim tanggap
bencana. Agar nanti nya, kinerja mahasiswa keperawatan di Indonesia dapat
terlihat lebih nyata. (Herlina Novita Silaban)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
yang mau komentar monggo